Indonesia kehilangan prajurit terbaik dalam tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402. Analisa TNI AL memperkirakan, kapal selam KRI Nanggala-402 tenggelam karena faktor alam.
"Kapal selam menjadi terisolir tidak bisa berkomunikasi dengan dunia luar dan awak kapal selam harus bisa menyelesaikan permasalahannya sendiri. Jadi dalam keadaan terisolir awak kapal selam harus berusaha bagaimana mereka bisa survive dengan keadaan itu."
"Pada kedalaman 500-600 meter seperti pada nanggala ini saya khawatir sudah merupakan kedalaman di mana kemampuan struktur sudah melewati kemampuan struktur dari nanggala, untuk menahan gaya hidrostatik itu kemampuan kedalaman maksimum nanggala saya perkirakan hanya sampai 200 meter saja karena pada waktu design 80an kemampuan nanggala diperkirakan hanya 300 M dengan umurnya yang 40 Tahun saya perkirakan turun kemampuan ke penyelaman nanggala menjadi 200."
"Di dalam mengantisipasi nanggala harus survive, memang ini sangat tergantung dari kecepatan operasional dari pihak-pihak yang mengelola proses penyelamatan. Saya kira itu ada bantuan dari Singapura, Malaysia, Australia dan seterusnya yang kita perlukan kapal selam kecil," kata Pakar Selam ITS Surabaya Wisnu Wardana dalam Breaking News Metro TV, Sabtu (24 /4/2021).
Dari pernyataan tersebut terdapat analisis manajemen risiko yaitu komponen risiko, aktivitas pengendalian yang merupakan proses pembuatan kebijakan untuk memastikan bahwa tanggapan yang telah ditentukan dilaksanakan dengan baik. Namun dengan adanya peristiwa tersebut pengendalian dan tanggapan yang kurang dilaksanakan dengan baik, terbukti dengan adanya design 80an kemampuan nanggala yang diperkirakan hanya 300 M dengan umurnya yang 40 tahun perkirakan turun kemampuan ke penyelaman nanggala menjadi 200 M yang seharusnya ada maintenance atau pengawasan sebelum menyelam yang perlu dipersiapkan secara matang demi mengurangi kejadian risiko yang akan terjadi.
Lokasi tenggelamnya KRI Nanggala 402 berhasil ditemukan. Berdasarkan bukti otentik KRI Nanggala tenggelam dilaut degan kedalaman 850 m. Panglima TNI menyatakan seluruh prajurit KRI Nanggala 402 gugur.
"Telah diperoleh citra yang telah dikonfirmasi sebagian atau sebagai bagian dari KRI Nanggala 402 meliputi kemudi vertikal belakang, jangkar bagian luar, kemudi selam timbul, bagian kapal yang lain termasuk baju keselamatan awak kapal MK11. Berdasarkan bukti-bukti otentik tersebut, dapat dinyatakan bahwa KRI Nanggala 402 telah tenggelam dan seluruh awaknya telah gugur," kata Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto dalam Press Conference, Minggu (25 /4/2021).
Hal tersebut dapat dianalisakan bahwa terdapat risiko manajemen risiko operasional, manajemen ini terkait dengan gangguan kegiatan operasional kapal selam yang timbul dari kegagalan fungsi internal seperti kesalahan manusia, kegagalan sistem, bencana alam, dan lain-lain. Manajemen risiko adalah suatu metode untuk menghadapi risiko di masa depan yang dapat memengaruhi kegiatan. Proses ini dimulai dengan mengidentifikasi kemungkinan kejadian di masa depan, penilaian risiko yang ditimbulkannya, penentuan respons terhadapnya, dan pengawasan keberjalanan respons tersebut.
Manajemen risiko 31000 yang terjadi pada tenggelamnya kapal Nanggala 402 yaitu dengan adanya cara yang telah dibuat dan direncanakan untuk menghadapi risiko kedepannya dengan pengawasan secara teratur dan tepat pada semua armada kapal selam, terutama jika ingin beroperasi serta harus memperhatikan faktor alam yang mungkin akan terjadi. Karena risiko yang akan terjadi ini sangat bertaruh dengan nyawa dan keselamatan seseorang, maka dari itu pengawasan serta perawatan perlu dilakukan. Perlu juga adanya sosialisasi terus menerus kepada seluruh awak kapal selam terutama kepada pengemudi kapal, agar tidak menimbulkan risiko misalnya tenggelam.
Risiko besar lain yang akan ditemui misalnya yang terjadi pada KRI Nanggala 402 dimana, kejadian risiko yang tidak dapat dihindari namun dapat diminimalkan. Kapal mempunyai masa operasi lebih kurang 25-30 tahun sedangkan KRI Nanggala 402 sudah mempunyai masa operasi 40 tahun yang mengharuskan ekstra penangan dalam perawatan.
Biaya yang dikeluarkan untuk proses maintenance membuat kapal-kapal tua tersebut tidak ekonomis lagi dan digantikan oleh kapal baru sehingga proses bisnis tetap berlangsung serta mengurangi risiko kerusakan dan kecelakaan. Salah satu cara untuk membuat kapal bekas mempunyai nilai ekonomis adalah dengan melakukan proses recycling atau daur ulang dengan mengambil dan mengolah kembali material kapal bekas tersebut hal tersebut penting dilakukan untuk mendukung sustainable development pada industri kelautan. Kapal dibangun dari berbagai jenis material dan 90% nya adalah baja. Sisanya terbuat dari komponen lainnya yang di dalamnya terdapat bahan yang berbahaya bagi lingkungan.