Di sudut Desa Primpen, Kecamatan Bluluk, Lamongan, kehidupan petani tembakau berjalan seperti biasanya---penuh tantangan, terutama saat musim panen tiba. Mereka bekerja keras di bawah terik matahari, memanen daun tembakau satu per satu secara manual. Proses ini tidak hanya memakan waktu, tetapi juga melelahkan secara fisik. Namun, di balik rutinitas itu, sebuah inovasi kecil kini membawa harapan baru bagi mereka: alat pemotong daun tembakau.
Inovasi ini bukan sekadar mesin, melainkan simbol perubahan. Dibuat oleh tim pengabdian masyarakat dari Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, alat ini dirancang untuk mengatasi permasalahan efisiensi panen yang selama ini menjadi keluhan utama petani. Dengan alat ini, waktu panen dapat dipangkas hingga 30-35%. Para petani tidak lagi harus mengandalkan pisau tradisional yang membutuhkan ketelitian tinggi, sementara jumlah daun yang harus dipanen terus menumpuk.
Namun, cerita di balik inovasi ini tidak sesederhana angka efisiensi. Proses pengembangan alat melibatkan langkah-langkah detail, mulai dari survei kebutuhan petani hingga pelatihan penggunaan alat. Dalam setiap tahapnya, suara para petani menjadi pusat perhatian. Mereka bukan sekadar penerima manfaat, melainkan mitra sejati dalam perjalanan inovasi ini.
Saat alat ini pertama kali diperkenalkan dan diuji coba, respons petani sangat positif. Seorang petani bernama Pak Suroto, yang telah menanam tembakau selama puluhan tahun, mengungkapkan rasa syukurnya. "Dengan alat ini, pekerjaan saya terasa jauh lebih ringan. Kami bisa lebih fokus pada kualitas panen," katanya.
Namun, alat ini bukan tanpa tantangan. Perawatan menjadi kunci agar alat tetap berfungsi optimal. Untuk itu, tim pengabdian juga memberikan pelatihan kepada kelompok tani setempat, memastikan mereka memahami cara menggunakan dan merawat alat tersebut. Pelatihan ini bukan hanya soal teknis, tetapi juga soal membangun rasa memiliki di antara petani.
Inovasi seperti ini menunjukkan bahwa perubahan besar dapat dimulai dari langkah kecil. Alat pemotong daun tembakau bukan hanya membantu petani bekerja lebih efisien, tetapi juga memberi mereka harapan baru---bahwa kehidupan di ladang tembakau bisa lebih baik dengan sentuhan teknologi.
Di Desa Primpen, mimpi para petani kini kembali menyala. Mereka menyadari bahwa masa depan pertanian tidak hanya ditentukan oleh kerja keras, tetapi juga oleh kemauan untuk beradaptasi dan berinovasi. Dan di balik alat pemotong daun tembakau ini, ada pesan sederhana yang kuat: setiap perubahan dimulai dari kepedulian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H