Randa tapak (dandelion) adalah salah satu jenis bunga yang berasal dari Eropa dan menyebar secara luas di negara-negara lain yang beriklim lebih hangat. Dalam istilah biologi, bunga ini termasuk dalam genus Asteracae dan memiliki nama ilmiah Taraxum officinale. Tanaman yang lebih sering dikenal sebagai dandelion ini banyak ditemukan di tepi jalan, padang rumput, lahan kosong, maupun di lingkungan yang basah dan subur.
Bagi sebagian orang, tumbuhan ini dianggap sebagai gulma karena dapat tumbuh di mana-mana. Selain itu, karena bentuknya yang mungil dan akan terbang dan rontok jika terkena angin, randa tapak juga sering dianggap sebagai bunga yang rapuh dan tidak berguna.
Bentuk fisik randa tapak yang kecil dan mungil saat dibedah satu per satu, terdiri atas akar, batang, daun, dan bunga. Akar randa tapak berwarana putih atau coklat dan berbentuk serabut yang dapat tumbuh ke dalam tanah sampai 30 cm. Batangnya yang hijau kekuningan berbentuk silinder dan dapat tumbuh sampai 40 cm serta dapat bercabang. Randa tapak memiliki daun yang berbentuk runcing dan bergerigi dengan panjang 15 -- 30 cm, berwarna hijau, dan tumbuh langsung dari pangkal tanaman dan menyebarkan diri ke samping dalam bentuk rosette.
Bagian yang paling menonjol dan khas dari randa tapak adalah bunga. Bunga randa tapak berbentuk bintang dan berwarna kuning cerah atau putih. Bunga-bunga tersebut tersusun berkelompok di ujung tangkai. Bunga randa tapak mudah sekali terbang ke sana kemari saat ditiup sebab ukurannya yang kecil nan mungil.
Meskipun terkesan kecil, mungil, dan sebagian orang menganggapnya sebagai gulma, randa tapak juga memiliki manfaat. Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan telah membuktikan bahwa randa tapak baik untuk kesehatan manusia. Randa tapak memiliki kandungan serat yang lebih tinggi, memiliki kandungan protein, asam amino, vitamin, dan mineral, terdiri atas 1,55 lipid dan memiliki proporsi asam lemak tidak jenuh yang lebih tinggi daripada selada dan bayam (Gonzlez-Castejn, 2012: 1). Kandungan yang terdapat dalam randa tapak membuatnya dapat dikonsumsi seluruhnya, yaitu daun, akar, maupun bunganya.
Randa tapak dapat dikonsumsi secara berbeda-beda di setiap negara. Ada yang menjadikan daun muda randa tapak sebagai salad, daun keringnya juga kerap digunakan dalam minuman tradisonal yang baik untuk pencernaan. Tidak hanya itu, akar pinggang randa tapak dapat dijadikan sebagai pengganti kopi. Bunga randa tapak juga dapat dijadikan sebagai perasa makanan seperti susu, permen, agar-agar, puding, dan keju.
Sebagai orang yang tinggal di desa, saya kerap kali menemukan randa tapak saat masih kecil. Saat bermain bersama teman-teman di sekitar rumah, banyak randa tapak yang tumbuh liar dan subur. Biasanya saya akan memetik lalu meniupnya, lalu bunganya akan beterbangan mengikuti arah angin. Pengalaman ini dulu membuat saya berpikir bahwa randa tapak, atau yang kerap kita sebut dandelion, adalah bunga yang lemah.
Dulu saya bahkan tidak tahu bahwa randa tapak termasuk salah satu jenis bunga sebab ia tidak memiliki aroma harum seperti bunga-bunga yang lain. Namun, seiring saya dewasa dan mempelajari banyak hal, saya kembali merenungkan randa tapak yang sering saya jadikan mainan sewaktu kecil. Saya mulai mencari tahu tentang tanaman ini.
Hal yang cukup mengejutkan bagi saya adalah fakta bahwa randa tapak sama sekali bukan bunga atau tanaman yang lemah atau rapuh. Saya baru tahu bahwa bunga randa tapak adalah bagian-bagian kecil yang terbang saat ditiup, bagian itu tidak akan rapuh dan rusak meski diterjang angin. Pada kenyataannya, randa tapak adalah bunga yang mudah beradaptasi.
Meskipun sebagian orang menganggapnya sebagai gulma, tetapi itu bukti bahwa randa tapak adalah tanaman yang mudah beradaptasi. Apalagi sejak mengetahui manfaat randa tapak yang sangat bagus untuk kesehatan, tidak ada lagi alasan bagi saya untuk tidak menyukai bunga ini. Saya sempat membuat puisi tentang randa tapak sebab bunga ini sangat istimewa. Keberadaannya sering disalahpahami, dianggap sebagai sesuatu yang menganggu, serta dianggap rapuh dan lemah padahal semua itu tidak benar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H