Tak dapat dimungkiri, eksistensi UMKM memiliki peran strategis terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Tak heran, akselerasi UMKM menyumbang 61,97 persen PDB dan menyerap 97 persen tenaga kerja di Indonesia. Namun, resiliensi UMKM sempat mengalami kemunduran akibat disrupsi pandemi COVID-19. Ketidakstabilan ekonomi menghantam kerentanan pelaku usaha, khususnya pelaku usaha UMKM.
Dampak dari scarring effect ini mampu menciptakan stagflasi, kondisi yang menunjukkan kenaikan inflasi dan peningkatan angka pengangguran. Apabila hal ini tidak segera ditangani, maka akan menimbulkan efek luka memar atau scarring effect di masa mendatang.
Oleh karena itu, pemerintah menyusun Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dalam dalam rangka meningkatkan geliat bisnis tanah air. Mengacu Perpu No. 1 Tahun 2020, Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) diutamakan pada sektor kesehatan dan perekonomian sebagai buffer social safety net.
Program PEN dalam praktiknya ditargetkan untuk pelaku usaha yang rentan terhadap guncangan eksternal, seperti pandemi COVID-19. Program PEN diharapkan mampu memberi kemudahan bagi pelaku UMKM dalam mengakses layanan keuangan sehingga pelaku usaha tetap resilien di masa pandemi dan pasca pandemi.
Dalam mewujudkan hal tersebut, Bank BRI sebagai lembaga intermediasi senantiasa memberikan pelayanan prima bagi keberlanjutan bisnis UMKM. BRI menyinergikan momentum pemulihan pasca pandemi COVID-19 dan transformasi digital melalui BRIvolution dengan menerapkan enam unsur kunci, antara lain Create New Growth Engine, Accelerate CASA Growth, Enhance Cross-Sell to Boost Fee Income, Contain Credit Cost, Adapt Culture & Capabilities Improve Customer Experience. [1] Bank BRI memperkuat prinsip ini dengan mengintegrasi ekosistem UMi (Ultra Mikro) dengan anak usaha, PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM). Ekosistem UMi merupakan manifestasi transformasi digital guna mendorong UMKM naik kelas. Ekosistem UMi mampu memenuhi kebutuhan nasabah melalui pemberdayaan (empower), intergrasi (integrate), dan naik kelas (upgrade).
Prosesi pemberdayaan dieksekusi oleh PT Permodalan Nasional Madani (PNM) untuk memfasilitasi kebutuhan nasabah ultra mikro menjadi pelaku usaha independen.
Tahapan integrasi dilakukan dengan meningkatkan kapabilitas dan penawaran produk usaha ultra mikro. Hal ini dilakukan dengan memberikan kemudahan pendanaan yang dilakukan dinaungi oleh PT Pegadaian dan Bank BRI. Tak lupa untuk mewujudkan program UMKM naik kelas, ekosistem UMi menyediakan program khusus sehingga nasabah ultra mikro siap untuk masuk ke segmen usaha mikro.
Konsolidasi ini menumbuhkan kebangkitan UMKM sebagai tombak perekonomian Indonesia. Ekosistem UMi berhasil menggaet nasabah 9 kali dari target awal yang semula sebesar 3,3 juta nasabah dan akan terus bertambah hingga penghujung tahun. Keberhasilan ekosistem UMi tidak luput dari keberhasilan korporasi dalam menghimpun dan menyalurkan dan.
Adapun Total aset Bank BRI mengalami kenaikan sebesar 4% YoY pada kuartal III 2022. Hal ini linear dengan peningkatan Total DPK (Dana Pihak Ketiga) sebesar 4,46 triliun pada kuartal III 2022 dibandingkan kuartal III 2021. Efektivitas penyaluran dana ini menjadi tonggak kesuksesan Bank BRI dalam menjaga stabilitas dan keberlanjutan pendanaan.
Begitu pula dengan komposisi CASA, mengalami kenaikan sebesar 13,4% YoY. [1] Hal ini mengindikasikan bahwa BRI senantiasa bertumbuh dan memberikan performa terbaik untuk kesejahteraan entitas yang tergabung dalam ekosistem BRI.
Sebagai perseroan yang melantai di pasar modal, BRI berhasil meraup laba bersih sebesar 39,31 triliun pada kuartal III 2022. Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 106% dibandingkan kuartal tahun sebelumnya. Hal ini diikuti dengan pertumbuhan EPS 111.82% YoY.