Lihat ke Halaman Asli

Indah Novita Dewi

TERVERIFIKASI

Hobi menulis dan membaca.

Buruh Pencetak Batu Bata

Diperbarui: 10 Oktober 2024   23:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buruh pencetak batu bata (Sumber: dokpri)

Pernahkah terpikir mengapa batu bata itu ukurannya sama? Ya, benar karena itu dicetak. Tapi apakah sudah pernah melihat macam apa cetakannya?  Cetakannya berupa kerangka kayu yang setiap satu kali cetak menghasilkan empat buah batu bata yang sama ukurannya. 

Mungkin di tiap tempat berbeda, tapi begitulah adanya di suatu lokasi pencetakan batu bata di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan.

Tentunya pekerjaan mencetak batu bata secara manual yaitu empat-empat sekali cetak ini membutuhkan ketelatenan dan kesabaran mengatasi kebosanan yang monoton. Apalagi mengerjakannya pasti di tengah terik mentari karena batu bata harus dijemur sampai kering. 

Pekerjaan ini tidak bisa disambi, seperti ketika kamu yang pekerja kantoran membuat laporan entah laporan apa, lalu tiap sepuluh menit meluangkan waktu scroll medsos. Biyuh, jangankan scroll medsos, mungkin memegang smartphone pun pekerja-pekerja pencetak batu bata ini belum pernah.

Mereka perempuan-perempuan kuat yang bekerja demi rupiah yang tidak banyak. Tapi mereka tekun melakukannya karena paham ada dapur yang harus setia mengebulkan asap dan sadar dengan ketidakberdayaan tingkat pendidikan yang rendah, mereka tak pernah bermimpi untuk dapat bekerja di kantor ber-AC dan uniform yang wangi.

Nggak. Mereka sudah cukup jika upah mereka dibayar teratur. Jika sesekali mereka bisa ngutang di depan, lalu dibayar dengan tenaga yang harus mereka keluarkan dengan harga kulit kusam dan gosong karena mandi matahari tanpa lindungan sunscreen. 

Hanya topi caping tua untuk sekadar kepala mereka tak kepanasan. Agar mereka tetap waras bertahan di tengah-tengah terik. 

"Yang kuperlukan hanyalah bekerja hingga saat makan siang tiba untuk beristirahat sejenak, lalu melanjutkan pekerjaan yang sama sampai matahari nyaris tenggelam. Dan esok berharap ada pengusaha batu bata yang masih membutuhkan tenagaku."

Hidup ini keras untuk sebagian makhluk, dan seolah berpihak untuk yang lainnya dengan segala kemudahan. Namun kemudahan itu bukan untuk dibanggakan dan dijadikan alasan untuk kita terlena dan terbuai. 

Ada hak-hak orang lain dalam rezeki yang kita peroleh. Maka tetaplah rendah hati dan siap berbagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline