Lihat ke Halaman Asli

Indah Novita Dewi

TERVERIFIKASI

Hobi menulis dan membaca.

Melestarikan Tari Tradisional Melalui Acara Resepsi Pernikahan

Diperbarui: 23 Juni 2024   17:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mempelai Etnis Bugis berfoto bersama keluarga besar (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Tari tradisional merupakan salah satu kekayaan budaya nusantara yang perlu dilestarikan. Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa, memiliki keberagaman budaya yang tercermin pada keragaman bahasa, adat istiadat, lagu daerah, alat musik, rumah adat, makanan khas dan tari tradisional.

Masih teringat saat kecil dulu harus menghafal nama-nama suku, lagu dan tari tradisional yang melekat sebagai ciri suku tersebut. Sudah menjadi konsekuensi dari seorang pelajar di Negara Indonesia, harus paham keberagaman. Tidak hanya karakter suku yang diwariskan orang tua saja yang harus dipahami, namun seluruh suku yang ada di nusantara.

Pemahaman terhadap seberapa beragamnya kebudayaan Indonesia, seberapa kayanya negara kita dengan budi luhur yang tercermin dalam karakter masing-masing suku, akan menimbulkan kekaguman dan rasa bangga dapat menjadi bagian bangsa yang besar ini.

Namun tentu saat ini, pelajaran-pelajaran yang ditanamkan sejak dini, telah menguap sedikit-sedikit. Walau masih nyantol, namun tak bisa keseluruhan diucapkan seandainya ditanyakan. Namun rasa bangga pasti masih ada. Oleh sebab itu, pelajaran tentang keberagaman dalam mata pelajaran PPKN maupun IPS harus tetap diberikan.

Kalau disuruh menyebutkan secara rinci, misalnya tentang suku Jawa, suku saya sendiri, mungkin tak banyak yang bisa saya sebutkan tanpa membuka literatur. 

Suku Jawa, berbahasa Jawa, lagu daerahnya Gambang Suling, alat musiknya suling, rumah adatnya joglo, makanan khasnya gudeg (Jogja) dan rujak cingur (Surabaya), tari tradisionalnya Gambyong, Serimpi, Remo.

Untuk suku suami, Suku Bugis, berbahasa Bugis, lagu daerahnya Anging Mammiri (mungkin saya akan disalahkan karena Anging Mammiri adalah lagu Makassar), alat musiknya tidak tahu, rumah adatnya rumah panggung, makanan khasnya nasulikku, tari tradisionalnya Tari Paduppa (Ini juga saya kurang paham apakah tari suku Bugis atau Makassar, atau biasa dipakai keduanya).

Demikianlah setelah kita tidak lagi sekolah, pengetahuan tentang keragaman Indonesia pelan-pelan akan sirna, jika kita tidak mengisi ulang pengetahuan kita, misalnya dengan membaca buku-buku tentang budaya. 

Banyak orang suka membaca novel, namun yang meluangkan untuk membaca buku tentang budaya barangkali hanya dosen pengampu pelajaran budaya dan mahasiswanya.

Padahal pengetahuan tentang budaya dan adat istiadat masyarakat Indonesia akan sangat menarik jika dipelajari dengan serius. Paling tidak kalau suatu saat berkesempatan mendampingi warga asing, kita tidak akan panik dan kekurangan bahan obrolan, karena kita cukup mengeluarkan pengetahuan mengenai budaya Indonesia yang sudah mengeram di kepala, dan menjelaskannya dengan penuh rasa bangga. Indonesia itu kayak gini, lho! 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline