Hai kompasianers dan pembaca Kompasiana yang budiman, apa kabar dan semoga sehat. Kali ini saya akan berbagi cerita tentang perjalanan saya ke Polewali Mandar, mengunjungi pusat usaha pembuatan batu bata skala kecil.
Batu bata adalah barang yang dekat dengan kehidupan kita. Coba ketuk tembok di rumah Anda, terasa kokoh dan kuat, bukan? Hmm, itu berkat ada si batu bata di dalamnya.
Tapi bagaimanakah sebetulnya perjalanan si batu bata hingga sampai ke rumah Anda? Batu bata mengalami proses yang panjang sebelum dapat berjajar kokoh di dalam tembok rumah Anda. Awalnya ia adalah tanah liat yang tidak berbentuk.
Pelaku usaha batu bata membutuhkan tanah liat sebagai bahan baku batu bata. Sebagian pengusaha menggunakan tanah liat dari lahannya sendiri, sebagian yang lain membeli tanah dengan harga Rp200.000 per truk.
Tanah liat jika di lahan milik, harus dikeruk dengan menggunakan ekskavator. Tanah diletakkan di tempat yang dekat dengan lokasi pencetakan batu bata. Tumpukan tanah ini dipacul sedikit-sedikit dan dimasukkan ke dalam kolam pembuatan bubur tanah liat, yaitu mencampur tanah dengan air dan sedikit abu sekam sisa pembakaran batu bata. Cara mencampurnya dengan menggunakan traktor.
Campuran tanah dibajak hingga teksturnya halus dan padat serta siap dicetak. Bubur tanah liat diletakkan di lokasi pencetakan dan kemudian dicetak sehingga menjadi barisan panjang batu bata. Batu bata ini dijemur di panas matahari hingga dua hari jika cuaca panas.
Setelah batu bata kering betul, maka batu bata ini harus disusun di tempat pembakaran. Sebagai bahan bakarnya adalah sekam padi. Batu bata dibakar selama 7 sampai dengan 10 hari hingga menjadi bata merah yang siap digunakan sebagai bahan bangunan.
Pada saat itulah, batu bata siap didistribusikan ke pembeli. Kalau mau tahu harga batu bata adalah Rp400.000 tiap 1000 buah batu bata. Harga ini adalah harga batu bata di lokasi Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Berapa harga batu bata di daerah Anda?
Nah, itulah sekilas perjalanan batu bata dari tanah liat hingga menjadi batu merah yang kuat dan cantik. Tentunya para pengusaha batu bata harus menjalankan usahanya secara hati-hati sehingga tidak menyebabkan kerusakan lingkungan. Sekian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H