Hai pembaca yang budiman dan Kompasianer keren di manapun berada. Kompasiana sedang mengeluarkan topik yang menggelitik tentang kelas menengah. Katanya kelas menengah susah kaya! Apa iya seperti itu?
Sebenarnya apa definisi kelas menengah?
Marxis membagi kelas sosial masyarakat menjadi dua yaitu kelas proletar (masyarakat bawah) dan kelas borjuis (masyarakat atas). Dalam perkembangannya muncul kelas di antara keduanya yang dikenal sebagai kelas menengah.
Ada tiga indikator untuk menentukan kelas sosial seseorang yaitu penghasilan, pendidikan, dan pekerjaan. Penjelasan mengenai ketiga indikator pada ketiga kelas sosial, akan lebih memudahkan untuk memahami seperti apa kelas menengah itu.
1. Penghasilan
Penghasilan yang tinggi menyebabkan orang leluasa membelanjakan uangnya. Ia bisa membeli berbagai barang mewah yang sebenarnya merupakan kebutuhan tersier.
Barang-barang fungsional pun ia beli dengan kualitas terbaik yang tentu harganya tinggi, misalnya tas, ponsel dan laptop -- ini adalah barang yang sekarang hampir semua punya.
Tapi hanya kaum kelas atas saja yang membeli tas seharga ratusan juta atau lebih. Itulah privilese yang dipunyai oleh masyarakat kelas atas. Kelas tajir melintir yang nominal uang dengan nol tak terhingga saking banyaknya.
Adapun masyarakat kelas menengah pada umumnya memiliki penghasilan pas-pasan. Mereka tidak akan punya rumah, mobil, motor dan barang-barang seharga puluhan atau ratusan juta kecuali menabung atau kredit melalui bank.
Kelas bawah tentu lebih kasihan lagi. Mereka memiliki penghasilan di bawah UMR dan seringkali itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari apalagi memenuhi kecukupan gizi, biaya pendidikan dan kesehatan.