Pada malam sebelum keramaian itu, aku membaca keramaian di dunia maya.
Banyak orang membahas a b c d, tapi aku memilih membahas makanan.
Makanan lebih penting bagiku dari perhelatan akbar manapun.
Bukan aku meremehkan, tapi tanpa makanan orang tidak bisa hidup.
Dan seorang emak sepertiku sangat lekat dengan makanan, karena aku yang bertanggungjawab pada ketersediaan makanan di rumah.
Jadi saat orang-orang ramai membahas perhelatan akbar besok, aku sibuk berpikir harus masak apa untuk sarapan, makan siang dan makan malam.
Karena penjual sayur ambil cuti, mau mencoblos di kampungnya, katanya.
Jangan kaubilang aku tak peduli. Tentu saja aku peduli. Tetap saja harus memilih. Tapi pilihanku tak perlu kuteriakkan ke seantero negeri.
Sebab aku PNS, foto pakai tanda jari saja aku dilarang, apalagi meneriakkan nama calon presiden idaman.
Kalau mau kukasih bocoran, sebenarnya aku merasa ketiga-tiganya sama saja.