Lihat ke Halaman Asli

Indah Novita Dewi

TERVERIFIKASI

Hobi menulis dan membaca.

Puisi Mengingat Mati

Diperbarui: 3 Januari 2024   05:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi mengingat mati (Sumber: pexels/pixabay)

Wahai diri, ingatlah

Tahun berganti tidak membuatmu makin muda. Tak kaulihatkan kerut di sudut bibirmu? Yang setiap tahunnya bertambah satu.

Tahun berganti tak membuatmu makin sehat. Tak kauingatkah rasa pegal-pegal di tubuhmu tiap engkau bangun dari tidur? Tak kauingatkah kadar kolesterol yang selalu turun naik tiap kau nakal menyantap jeroan?

Tahun berganti juga tak membuat dosamu berkurang, melainkan makin banyak.

Tahun berganti, artinya semakin sedikit waktu yang kaupunya untuk dapat melakukan aktivitas dunia, pun akhiratmu. Mana yang kaupilih?

Ibarat ada pintu timur dan barat. Timur dunia, barat akhirat. Perjalananmu telah dekat ke pintu barat. Jiwamu sudah ingin pulang, mungkin tanpa kausadari.

Layaklah jika kauperbanyak aktivitas akhirat, bukankah ke sana engkau akan menuju? Sedangkan dunia telah lama engkau berpuas-puas menikmati keindahannya, bukan?

Wahai diri,

Allah Maha Mengingatkan. Sebenarnya telah banyak tanda-tanda yang Ia kirimkan, namun kauabai dan lena.

Tanda berupa sakit, tidak harus membuatmu bertanya apa salah dan dosamu, jelas banyak. Sakit itu barangkali tanda sayang yang Ia kirimkan. Agar engkau berhenti sejenak dan merenungkan hidupmu. Hidupmu tak lama lagi, masih berpuas dengan upaya yang standar seperti kemarin-kemarin?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline