Judul di atas adalah judul sebuah buku, lengkap dengan sub judulnya. Buku tersebut karya Andi Arsana, tepatnya I Made Andi Arsana, seorang dosen Teknik Geodesi di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Buku CMdBS (demikian saja kita menyebut seterusnya) adalah memoar, kisah nyata dari Andi Arsana saat ia berkesempatan menjalani riset tentang bawah laut selama satu bulan dari atas kapal Jerman, Sonne.
Waktu itu Andi Arsana sedang menjalani studi S3nya di University of Wollongong, Australia dan mendaftar kesempatan riset bersama sebuah lembaga University of the Sea bersama lima mahasiswa lainnya dari berbagai universitas di Australia.
Selama satu bulan mereka para mahasiswa itu akan berlayar dengan kapal penelitian tercanggih, dengan tim ilmuwan dan pendamping berpengalaman.
Riset mereka akan menempuh jarak dan lintasan yang sudah dirancang sebelumnya untuk memetakan relief dasar laut dan mengidentifikasi flora fauna yang ada di dasar laut.
Sudah kebayang kan serunya petualangan pak Andi Arsana? Tapi jangan dibayangkan yang indah-indah saja karena ini bukan sembarangan petualangan melainkan perjalanan riset yang tentunya ada tanggungjawab pengamatan tiap hari dan penyusunan laporan. Para mahasiswa itu juga mendapatkan kuliah-kuliah selama dalam perjalanan di atas kapal Sonne.
Selain menghadapi kendala-kendala dan kesulitan baik terkait adaptasi di kapal, adaptasi dengan sesama rekan mahasiswa, ada satu lagi tantangan yang harus dihadapi yaitu mengatasi mabuk laut. Coba, siapa kiranya juara satu mabuk laut yang membuat seluruh tim di kapal Sonne prihatin? Hmmm...pokoknya ada yang kayak gitu.
Apakah buku ini disusun dengan keseriusan dan penuh istilah-istilah ilmiah yang memusingkan kepala? Ya di beberapa bagian, pak Andi Arsana menjelaskan dengan detail konsep hukum teritori laut internasional, namun penjelasan tersebut sudah disederhanakan hingga mudah dipahami oleh orang awam.
Contohnya saat menjelaskan bagaimana relief dasar laut bisa digambarkan dengan metode gelombang. Dengan menggunakan alat bernama echosounder dengan multibeam, akan dipancarkan gelombang hingga menyentuh dasar laut, kemudian dasar laut memantulkan gelombang itu kembali ke atas.