Perkenalan saya dengan Kompasiana sebenarnya sudah beberapa tahun lalu yaitu tahun 2010, tepatnya tanggal 25 September. Saya ingat karena barusan ngintip akun lama saya di sini. Waktu itu akhirnya saya berhenti menulis dan waktu pingin nulis lagi, saya lupa password. Klise, ya?
Perkenalan kedua 29 Juni 2020, saat saya memantapkan hati buka akun baru di K, namun lama akun ini nggak saya isi. Lalu Kang Bugi yang seorang kompasianers aktif dan sekaligus rekan kerja saya di kantor sebelum beliau pindah ke Bogor, membuat pelatihan menulis dan hasil tulisannya harus diposting di Kompasiana tanggal 9 April 2021.
Saya ikut pelatihan tersebut dan mulai mengisi akun K saya. Alhamdulillah sampai sekarang masih menulis di akun ini.
Dari 2010 hingga 2020 ... dalam waktu sepuluh tahun tentu sudah banyak perubahan K yang baru saya tahu, termasuk K-reward dan akun centang hijau - centang biru. Kayaknya kalau zaman dulu belum ada centang-centangan, ya?
Setelah menulis (lagi) di Kompasiana, saya mulai memelajari sistemnya dan paham bedanya centang hijau dengan centang biru. Kalau pemahaman saya salah tolong koreksi ya.
Akun centang hijau tanda kompasianer tervalidasi, identitasnya tidak diragukan.
Akun centang biru diberikan pada kompasianer centang hijau yang telah memiliki 20 artikel AU (Artikel Utama). Jika seorang kompasianer sudah mendapatkan predikat centang biru, maka artikelnya semua otomatis 'pilihan' karena dia dianggap dapat menulis dengan baik.
Awalnya saya tidak peduli dengan centang-centangan dan menulis saja sesuai keinginan hati. Hingga suatu saat tiba-tiba ada notif di laman K saya, bahwa saya akan mendapatkan predikat centang biru jika menambah lima artikel AU. Waktu itu artikel AU saya berjumlah 15.
Makanya saya berkesimpulan bahwa akun centang biru itu jika artikel AU-nya mencapai 20 artikel.
Pelan-pelan notif itu berubah seiring dengan makin rajinnya saya menulis, hingga pas kapan itu begini tulisannya: