Lihat ke Halaman Asli

Indah Novita Dewi

TERVERIFIKASI

Hobi menulis dan membaca.

Resolusi 2022: Mengajari Anak-anak Bahasa Ibu

Diperbarui: 21 Januari 2022   00:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Mengajari Anak-Anak Bahasa Ibu (Sumber: Pexels/Keira Burton)

Bahasa Ibu adalah bahasa asli, bahasa pertama yang dipakai oleh anak saat berkomunikasi dengan orang tuanya. Pada umumnya, di Indonesia, bahasa ibu adalah bahasa daerah yang biasa dipakai kedua orang tua bercakap-cakap, sehingga telinga anak terbiasa dan memakai bahasa yang sama saat berkomunikasi dengan orang tua.

Menjadi unik jika anak lahir dari orang tua beda etnis. Saat ayah tidak paham bahasa daerah ibu, dan ibu juga tidak mengerti bahasa daerah ayah, biasanya mereka akan sepakat memakai bahasa persatuan yaitu Bahasa Indonesia. 

Maka dari kecil anak terbiasa dengan Bahasa Indonesia dan tidak paham bahasa ibu yang dipakai ayahnya dulu, dan bahasa ibu yang dipakai ibunya. Estafet bahasa ibu pun terputus di sini. Sungguh disayangkan, bukan?

Padahal jika saja kedua orang tua mau sedikit berusaha, maka anak-anaknya setidaknya akan memahami tiga bahasa sejak mereka kecil. Bahasa Indonesia yang mereka pakai di sekolah, bahasa yang dipakai ibunya, dan bahasa yang dipakai ayahnya. 

Nantinya seiring dengan pertambahan umur, mereka akan paham bahasa Inggris, dan memelajari bahasa lain yang menarik minat mereka. Contohnya sekarang ini banyak anak-anak dan remaja secara otodidak belajar bahasa Korea. Bukankah menyenangkan dan terlihat 'cool' jika memiliki keterampilan berbahasa yang banyak?

Saya sendiri baru tersadar sekarang-sekarang ini, dan menyayangkan anak-anak saya yang tidak memahami bahasa ibu dari saya dan suami. 

Anak-anak saya adalah anak yang terlahir dari orang tua beda etnis. Saya Jawa, dan suami Bugis. Semestinya mereka memahami tiga bahasa yaitu bahasa Jawa, Bugis, dan Indonesia. Namun kenyataannya mereka hanya lancar berbahasa Indonesia. 

Bahasa Jawa sebenarnya kadang saya pakai juga untuk ngobrol dengan anak-anak, namun mereka masih sebatas pada pengguna pasif Bahasa Jawa. Artinya memahami (sedikit) namun tidak bisa secara aktif menggunakannya dalam percakapan sehari-hari. 

Sedangkan untuk Bahasa Bugis, suami hanya menggunakannya jika sedang bertemu dengan keluarga besar. Saya sendiri tidak paham Bahasa Bugis walaupun sudah bertahun-tahun mengarungi mahligai rumah tangga dengan pria Bugis. 

Di tahun 2022 ini, saya punya satu resolusi lagi selain resolusi hidup sehat dengan minum air delapan gelas perhari seperti yang saya tulis di sini

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline