Lihat ke Halaman Asli

Indah Noing

Maminya Davinci

Jarik Batikku, Kebanggaanku

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_148801" align="aligncenter" width="300" caption="jarik batik ini aku pakai untuk menggendong anakku kemana-mana"][/caption]

“Dasar wong ndeso!! “, “Masa’ istri bule gendong anaknya pake jarik batik “ . Begitulah beberapa temanku mengomentari foto-foto di facebook ku yang menggambarkan aku sedang menggendong anakku menggunakan kain batik atau yang lebih dikenal dengan sebutan jarik. Sepertinya saat itu belum musim yang namanya program berbatik ria setiap hari jumat demi menunjukkan bahwa batik memang kepunyaan negeri kita bukan kepunyaan negeri tetangga kita.

Padahal sebenarnya harus diakuilah banyak juga lho orang kita yang malu pakai batik untuk dipakai sehari-harinya termasuk malu menggendong anaknya menggunakan jarik batik. Alasannya macam-macam, ada yang bilang jarik itu kuno, ketinggalan zaman, ndeso koyok simbah-simbah di kampung, lebih parah lagi ada yang menghina seperti iklan di TV “Harree Guinii masih pakai jarik?? Capeee deeh..”

Aku adalah ibu dari tiga orang anak dan dari mereka usia bayi aku menggendong anakku dengan gendongan jarik batik, tak peduli lagi apa kata orang lain yang melihatku. Memang sekarang banyak dijual gendongan kangguru, katanya lebih mudah penggunaannya seperti kita memakai tas ransel, mau gendong ke depan bisa, mau gendong ke belakang oke sajalah. Suka-suka yang mau gendong. Tapi... Tetap saja menurutku gendongan kangguru lebih rumit cara pakainya ketimbang jarik batik. Aku lebih suka jarik batik karena cara memakainya, sangat sederhana dan yang pasti niih.. bisa menyembunyikan bayi yang sedang menyusu ASI. Aku menggendong pakai jarik hanya sampai umur anak 2 tahun, jadi setelah lepas masa menyusui anak sudah tidak pakai jarik tapi gendongan yang lain ala backpacker, tentu saja tidak banyak menggendong anak lagi karena dia sudah bisa jalan kaki sendiri.

Kebiasaan menggendong anak pakai jarik batik pun tetap kulakukan saat mudik ke negeri suami di Hungary. Beberapa teman yang bule dan mereka juga mempunyai bayi terheran-heran melihatku menggendong bayiku dengan kain yang menurut mereka ukurannya pendek cuma 2 meter dan cara mengikat kain pun mudah sekali, lha iyalah di Eropa sana juga ada lho ibu-ibu yang memakai gendongan kain untuk bayinya, hanya saja kainnya jauh lebih panjang, mungkin 2x panjang jarik, dan cara ikatnya lebih rumit dari jarik, dikarenakan mereka lebih mengutamakan keselamatan bayi, malah terkadang butuh bantuan orang lain tuk memasukkan sang bayi ke dalam gendongannya.

Ketika mereka melihatku menggendong bayiku, mereka bertanya “apakah tradisi di negeriku menggendong bayi dengan jarik? Apakah tidak takut bayinya jatuh? Amankah untuk sang bayi?” Ya kalau dipikir-pikir memang tradisi dari zaman likiplik kali ya.. ibu-ibu di Indonesia kalau gendong bayinya pakai jarik dan aman-aman saja tuh..  :)

Ibu-ibu bule itu mengetahui bayiku menyusu dan setelahnya tertidur nyenyak tetap berada dalam gendonganku. Mereka menjadi tertarik dan ingin memiliki jarik dan belajar cara menggunakannya. Oi..Oi.. betapa bangganya aku saat itu.  :) Untunglah aku membawa 2 jarik yang masih baru, yang tadinya ingin kupakai sendiri sebagai gonta-ganti akhirnya kuberikan kepada mereka. Mereka menyukai kain dan corak batik tersebut. Wow..

[caption id="attachment_148802" align="alignleft" width="150" caption="perhatikan kain gendongan ibu bule ini, rumit ikatnya "][/caption]

[caption id="attachment_148803" align="aligncenter" width="150" caption="aku pun belajar pakai kain gendong si bule "][/caption] [caption id="attachment_148810" align="alignright" width="150" caption="tak gendong kemana-mana "][/caption] [caption id="attachment_148811" align="alignright" width="150" caption="bayi sedang minum ASI :) "][/caption] Di Hungary ada sebuah danau terbesar di negeri itu namanya Balaton, pernah suatu ketika aku duduk ditepiannya sambil menyusui anak dalam gendonganku. Tiba-tiba datang seorang laki-laki bule dan bertanya “ Apakah kamu orang Indonesia?”. Aku tersentak kaget dan dalam hati aku berseru “OMG, sebulan lebih aku di negeri ini, tidak pernah bertemu sesama orang Indonesia dan sebulan lebih ini aku hanya berbicara Bahasa Indonesia hanya dengan suami dan anak-anakku, tetapi sekarang ada orang bule bicara bahasa Indonesia denganku”. Akhirnya kujawab iya aku orang Indonesia. Lalu dia memanggil istrinya yang kebetulan saat itu memakai busana batik, rupanya mereka baru pulang dari pesta dan sudah seperti orang kita saja kalau ke acara resmi pakaiannya batik. :)

Rupanya mereka mengenaliku dari gendongan jarik, cara menggendong juga khas Indonesia katanyaJ Mereka senang sekali berjumpa denganku, beberapa kali sang istri mencium pipiku, mungkin kerinduan akan Indonesia membuatnya seperti itu. Aku pun juga senang rasanya seperti berjumpa orang sebangsa di negeri antah berantah.

Pernah juga suatu ketika aku bersama anak-anakku jalan-jalan di daerah perbelanjaan di pusat kota Budapest, tiba-tiba ada sepasang turis bule senyam-senyum dan menghampiriku, mereka jg bertanya apakah aku berasal dari Indonesia. Kujawab iya, mereka senang sekali jumpa denganku. Rupanya mereka sepasang bule dari Amerika yang sedang berlibur keliling Eropa. Mereka cerita kalau mereka pernah berwisata ke Indonesia, mereka suka Jogjakarta bukan Jakarta lho..weis... Mereka juga suka Bali, Lombok, mereka juga berharap suatu saat nanti akan datang lagi ke Indonesia. Mau tahu bagaimana mereka mengenaliku? Yup.. gendongan jarik itulah yang mereka kenali dari Indonesia. Begitulah.. terkadang tak terduga di negeri orang lain ada yang mengenali kebangsaanku hanya dari gendongan jarik yang kupakai.

Hingga anak ke tiga yang saat ini berusia 3 bulan kemana-mana aku tetap bangga menggendongnya dengan jarik, tak peduli tatapan hina orang lain. Hina? Eh gak percaya.. coba deh ke mall lalu hitung ada berapa ibu-ibu yang pakai gendongan jarik, sedikit kan?

Bagaimana dengan kalian? Kuharap jangan malu tuk memakai batik, tidak hanya busananya, pakailah juga gendongan jarik batik tuk menggendong anak tercintamu, ciri khas bangsa juga lho...Ingat besok hari Jumat, jangan lupa pakai batik ya... prikitiew.. :)

sumber foto: dokumen pribadi [caption id="attachment_148817" align="alignleft" width="150" caption="mulai umur 2thn pakai gendongan backpacker"][/caption] kain gendong orang bule panjang lho..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline