Lihat ke Halaman Asli

Salah!

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jakarta (29/11) - Harmoni, sore itu tampak sama seperti sore sore yang lain. Beberapa orang nampak berlalu lalang, beberapa berlarian,sebagian besar terjebak antrian panjang di antrian bus tujuan kalideres dan pulogadung. Wajah wajah berpeluh turun dari satu busway, bersiap beralih ke busway yang lain. Tanpa sadar, sangat sedikit diantara mereka yang meluangkan waktu untuk tersenyum disana, semua lelah, penat, dengan beban kerja yang tinggi dan kepadatan kota Jakarta yang semakin hari semakin meningkatkan tekanan mental. Satu, dua anak muda nampak asyik membaca buku sambil membetulkan letak kaca mata mereka, namun puluhan lainnya sibuk dengan gadget di tangan mereka masing masing, ada pula yang nampak terdiam namun santai, karna ditelinganya terjuntai headset untuk mendengarkan musik. Ibu hamil dan lansia boleh berbahagia sore itu, karna mereka mendapat jalur khusus sehingga tak perlu antri panjang dan melelahkan seperti puluhan orang disana.

Dalam situasi seperti itu, Pak Anto duduk termangu memangku putri bungsunya yang mulai mengantuk. Andini, 3tahun,terduduk di pangkuannya dengan kepala nyaris jatuh beberapa kali karena menahan kantuk. Pak Anto masih memandang ke depan dengan tatapan kosong dan mengacuhkan Andini, beliau baru tersadar ketika Andini mulai merengek. Beliau lalu mengusap kepala Andini dengan sayang. Tatapannya kini beralih ke sudut sudut halte untuk mencari dua puteranya yang lain. Tono dan Toni, keduanya berusia 5 dan 6 tahun. Dua bocah itu berlari kesana kemari disepanjang lorong halte busway Harmoni yang sore itu dipenuhi manusia. Sesekali mereka menabrak orang yang tengah berjalan, tapi tak peduli.Ah!namanya juga anak - anak. Sesekali mereka berteriak teriak merusak kenyamanan orang orang yang ada disana,yah..anak anak.

45 menit setelah terjebak dalam antrian, Pak Anto mendapatkan giliran untuk naik ke busway, beliau mempersilahkan kesua anak laki lakinya masuk busway terlebih dahulu,kedua bocah itu masih saja terus bercanda tanpa tau situasi dan kondisi saat itu. Bahkan ketika di dalam busway pun, kedua bocah itu masih saja berlari lari kesana kemari, tabrak sana tabrak sini,teriak ini itu, tertawa sekencang kencangnya. Dan Pak Anto hanya bisa tersenyum memandangi dua bocah itu, sambil terus mengelus kepala Andini agar lelap tertidur.

Jalanan Macet. Seorang penumpang bertampang chinese bermuka serius yang sedari tadi bertelpon ria bersama kliennya di dalam busway nampak terganggu oleh ulah Tono dan Toni. Hawa panas, sumpek, keletihan sepulang kerja, dan kondisi jalan yang macet, membuat penumpang itu habis kesabarannya. Dia lantas menghampiri Pak Anto dan berujar "Pak..tolong pak..anak bapak itu ganggu pak!kami itu semua capek disini yah!tolong dijaga yang bener donk pak!!saya capek!daritadi lagi nelpon anak bapak brisik mulu!" ujarnya dengan nada setengah tinggi. Pak Anto hanya tersenyum dan menampakkan wajah kalem. Namun sang chinese tadi makin naik amarahnya "Pak...bla bla bla bla.." . Sampai akhirnya Pak Anto sambil tertunduk berkata.." Pak...maafkan anak saya kalo mengganggu ya pak.., saya minta tolong mereka jangan dimarahi pak..,saya ini baru dapat kabar kalo ibu mereka di rumah baru saja meninggal pak...mereka belum tahu...mohon pak,,biarkan saya melihat keceriaan mereka sekarang...karna mungkin nanti di rumah mereka tidak akan seceria itu lagi..."

Glek!mendengar ucapan Pak Anto,tak hanya sang penumpang chinese yang tertegun. Namun beberapa penumpang lain pun seketika terdiam. Tono dan Toni?masih tetap asyik berlarian tanpa peduli.

oOo

sepotong cerita mini di atas memberi pelajaran untuk saya. betapa seringnya saya menganggap orang lain "salah!" tanpa mau tahu apa sesungguhnya yang terjadi.tanpa mau tahu apa yang melatarbelakangi mereka melakukan apa yang saya anggap salah. saya sering terjebak dalam keegoisan bahwa ketika apa yang saya lihat saya nyatakan salah!maka itu memang salah!padahal mungkin sebenarnya tidak begitu. atau bisa jadi memang salah, tapi kesalahan itu dikarenakan suatu sebab yang harus saya maklumi. atau bisa jadi memang salah, tapi kesalahan itu terjadi juga bukan karena keinginan si pembuat salah yang saya salah salahkan.

di sisi lain, saya juga sering menjadi korban disalahkan. disalahkan atas apa yang saya perbuat yang dianggap salah oleh orang lain. orang lain menyalahkan saya tanpa mau tahu kenapa saya melakukan hal yang mereka anggap salah itu. tanpa mereka mau merasakan bagaimana seandainya mereka ada di posisi saya. mereka bilang saya salah tanpa mau membuka mata hati mereka bahwa sebenarnya yang saya lakukan tidaklah salah.

Salah, menyalahkan, merasa bersalah dan tidak salah. Realita kehidupan memang tidak selalu mempertemukan kita dengan yang benar. Perjalanan hidup pun begitu. Bukan masalah benar atau salah sebenarnya. Saya saya yakin setiap orang pasti pernah berbuat salah. Namun saya tidak sayakin semua orang belajar dari kesalahannya itu.

Saya pun tak luput dari salah.bahkan banyak salah dan sering salah.,namun semoga saya termasuk dalam golongan orang orang yang mau belajar dari kesalahan, mampu mengurangi kebiasaan menyalahkan, mampu mencoba memahani keadaan orang yang saya anggap salah dan mau berlapang dada apabila disalahkan atas kesalahan yang benar benar saya lakukan maupun tidak. ^_^ amin.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline