Terlanjur Salah Jurusan
SMA adalah waktu yang penting dalam kehidupan kita. Di sinilah kita mulai mempersiapkan diri untuk melangkah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu perguruan tinggi atau universitas. Salah satu keputusan krusial yang perlu kita ambil adalah memilih jurusan yang akan menjadi landasan bagi karier masa depan kita. Namun, masih banyak yang merasa belum tepat untuk memilih jurusan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinnya.
Jurusan yang kita pilih selama kuliah seharusnya menjadi jalur untuk mencapai karier yang diinginkan di masa depan. Namun, seringkali siswa SMA memilih jurusan dengan informasi yang kurang memadai atau hanya karena mengikuti teman-teman mereka. Keputusan awal yang diambil mungkin didasarkan pada ekspektasi keluarga, pengaruh teman, atau kurangnya pemahaman yang memadai tentang minat dan bakat pribadi. Ketika akhirnya menyadari bahwa jurusan tersebut tidak sesuai dengan harapan dan aspirasi, seringkali timbul rasa kekecewaan, kebingungan, dan ketidakpuasan.
Pada tahun 2022, setelah lulus SMA, saya juga mengalami hal serupa. Saya memilih jurusan Bimbingan dan Konseling di sebuah universitas, bukan karena saya benar-benar menyukai jurusan tersebut melainkan ,karena saya mendapatkan kesempatan SNMPTN dan saya asal memilih denngan kurangnya informasi mengenai jurusan tersebut yang saya fikir adalah psikologi. Pilihan jurusan saya saat itu didasari oleh minimnya informasi yang saya dapatkan sebelum memilih jurusan kuliah dan kurangnya arahan dari keluarga terkait pilihan jurusan yang sebaiknya saya ambil.
Sudah jalanin ternyata salah jurusan
Saya pribadi sering bertemu dengan mahasiswa atau teman yang terus mengeluh tentang pilihan jurusan mereka di perguruan tinggi. Bahkan ada yang sudah berada di semester atas tetapi masih merasa bahwa mereka telah membuat kesalahan dalam memilih jurusan. Penyebab perasaan ini umumnya muncul setelah kita menjalani beberapa semester perkuliahan dan merasa bahwa apa yang kita pelajari dalam jurusan tersebut tidak sepenuhnya sesuai dengan passion yang kita miliki. Ada juga kasus di mana keputusan salah jurusan didasarkan karna minimnya informasi, seperti yang saya alami di masa lalu. Bahkan, ada yang memilih jurusan karena dorongan orangtua yang terlalu menuntut mereka untuk mengambil jurusan tertentu yang sebenarnya bukan keinginan mereka. Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan seseorang merasa bahwa mereka telah melakukan kesalahan dalam memilih jurusan kuliah. Terlepas dari faktor-faktor tersebut, dampaknya sangat signifikan. Salah satunya adalah kurangnya motivasi dalam belajar, yang pada gilirannya dapat menghasilkan lulusan yang kurang kompeten.
Menemukan diri kita dalam situasi di mana kita merasa sudah terlanjur salah jurusan memang bisa menjadi tantangan yang sulit. Ketika kita menyadari bahwa jurusan yang kita pilih tidak sesuai dengan minat, bakat, atau tujuan karier kita, kita mungkin merasa terjebak atau tidak termotivasi dalam proses pembelajaran.
Namun, penting untuk diingat bahwa tidak semua harapan hilang. Meskipun mungkin sulit untuk mengubah keputusan tersebut. Dari pengalaman pribadi tersebut, adapun beberapa hal yang dapat dilakukan apabila kita sudah terlanjur salah mengambil jurusan. Perlu diingat, bahwa kesalahan jurusan bukanlah akhir dari segalanya. Sebaliknya, ini adalah kesempatan untuk melakukan refleksi mendalam, menemukan jati diri, dan mencari jalur yang lebih sesuai dengan minat dan bakat kita. " Gimana sih caranya ? "
1. Fokus untuk meningkatkan skill yang berguna di masa depan
Penting untuk fokus pada pengembangan keterampilan yang bermanfaat di masa depan. Di era ini, kita memiliki akses yang luas untuk belajar hal-hal baru secara mandiri. Dengan memanfaatkan kesempatan ini, kita dapat meningkatkan keterampilan yang kita inginkan di luar lingkup perkuliahan.
Melakukan pembelajaran mandiri memberikan banyak manfaat. Pertama, kita dapat memperoleh pengetahuan yang lebih luas dan mendalam, yang dapat melengkapi apa yang kita pelajari di perguruan tinggi. Dengan demikian, kita dapat mengintegrasikan ilmu dari perkuliahan dan pembelajaran mandiri untuk mengembangkan pemahaman yang lebih komprehensif dalam bidang yang diminati. Kedua, belajar secara mandiri memberikan kita kendali penuh atas pengembangan keterampilan. Kita dapat memilih topik yang sesuai minat kita, menentukan jadwal belajar kita sendiri, dan mengambil alih proses pembelajaran. Hal ini memungkinkan kita untuk memaksimalkan potensi kita dan mengasah keterampilan yang relevan dengan minat dan tujuan karier kita.
Penting untuk diingat bahwa setiap pengetahuan yang kita peroleh tidak akan pernah sia-sia. Bahkan jika ilmu yang kita peroleh secara mandiri tidak langsung terkait dengan jurusan kita, mereka dapat memberikan wawasan baru, keterampilan tambahan, dan perspektif yang berharga dalam kehidupan dan karier kita.