Dulu, enggak pernah kepikiran untuk aware dan perhatian dengan harga-harga bahan makanan pokok. Iya, saat ada mama semua terasa sangat mudah. Saya tinggal memberikan uang belanja kepada Mama dan setelah itu disulaplah menjadi berbagai masakan yang lezat dan selalu dirindukan. Apalagi saat bulan Ramadan, masakan mama benar-benar menjadi alasan untuk tidak berbuka puasa selain dirumah. Sungguh, saya sangat merindukan momen itu.
Setelah kepergian mama, praktis semua hal yang berkaitan dengan rumah tangga saya ambil alih, termasuk pula mengelola keuangan dan belanja perabotan maupun bahan pangan pokok.
Hal itu merupakan hal yang baru untuk saya yang harus mau untuk meng-update harga pasar layaknya ibu-ibu yang mengurus kebutuhan rumah. Ditinggal Mama benar-benar memberikan pengetahuan yang seharusnya telah didapatkan sejak lama, "Kok harga-harga bahan makanan mahal ya?"
Memasuki bulan Ramadan, sudah menjadi hal yang lumrah harga bahan makanan pokok melambung tinggi. Di negara yang mayoritas berpenduduk Muslim ini, otomatis permintaan menjadi lebih banyak dari bulan biasanya.
Apalagi berpuasa itu kita tidak makan dari Subuh hingga Maghrib, oleh karena itu tubuh kita harus fit dengan asupan makanan yang bergizi. Tak sedikit orang yang berbelanja bahan makanan dengan jumlah yang besar untuk mempersiapkan bulan Ramadan. Kebutuhan dan konsumsi meningkat, maka otomatis permintaan pun menjadi lebih tinggi.
Saya termasuk orang yang berbelanja sehari sebelum Ramadan. Minyak, telur, beras dan ayam adalah bahan pokok yang saya beli di sebuah supermarket di daerah saya, Kota Tangerang Selatan.
Supermarket ini benar-benar ramai sampai-sampai kami harus mengantri di luar demi menjalankan aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yaitu physical distancing. Dengan pembelian yang menurut saya tidak seberapa, jumlah total yang dibayar pun membengkak. "Yah namanya juga besok puasa", pikir saya.
Selain ke supermarket, saya juga berbelanja ke tukang sayur dekat rumah yang memiliki sayur-mayur dengan varian cukup lengkap. Saya membeli bawang merah (1 plastik kecil), kolang-kaling, tempe dan sawi putih. Setelah dihitung, saya tidak habis pikir bahwa jumlah totalnya menjadi Rp 48.000,00. Beginikah rasanya menjadi ibu-ibu yang harus selalu memutar otak untuk mengelola keuangan dan berbelanja untuk membuat makanan yang sehat untuk keluarga?
Ketika memikirkan untuk menulis ini, saya pun mencoba untuk mencari berapa harga pasaran yang terdapat pada daerah Tangerang Selatan. Dan ternyata saya menemukan website "PAGAR" yang merupakan akronim dari Pantau Harga Pasar Kota Tangsel. Di laman tersebut kita dapat melihat informasi harga pangan antar pasar di Kota Tangerang Selatan.