Lihat ke Halaman Asli

Di Balik Luka, Tersimpan Pelangi Harapan

Diperbarui: 27 November 2024   14:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 Di sebuah desa yang bernama kampung Durian Runtuh, merupakan sebuah desa yang dikelilingi oleh perbukitan hijau. Didesa itu hiduplah seorang gadis yang bernama Nanda putri yang biasa dipanggil dengan nama putri. Kehidupan putri sangat sederhana namun penuh dengan kebahagiaan. Ia tinggal bersama kedua orangtuanya di sebuah rumah kayu kecil yang penuh dengan tawa dan cinta. Ayahnya adalah seorang petani yang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sementara ibunya adalah seorang ibu rumah tangga . ibunya memiliki sifat bijaksana yang selalu memberikan nasihat-nasihat kepada putri dan memberikan putri rasa penuh kasih sayang . Sejak kecil, putri tumbuh dalam pelukan penuh kasih sayang dari orangtuanya. Setiap hari, setelah pulang sekolah, ia akan membantu ibunya beberes rumah dan di sore harinya ia dan ayahnya akan berjalan-jalan di hutan belakang rumah serta menikmati keindahan alam yang ada. Keindahan alam itu dapat menenangkan jiwa putri. 

Namun, kebahagiaan itu tiba-tiba runtuh pada suatu pagi yang cerah. Pada saat ia sedang sekolah terdapat sebuah berita yang terdengarnya yang membuat dirinya shock. Berita itu ialah seorang ayah dari putri tertimpa kecelakaan saat akan menuju ke ladang untuk bekerja. Kecelakaan yang begitu tragis dan dapat mengubah nasib putri dan ibunya dalam sekejap. Ayah putri merupakan satu-satunya tulang punggung dikeluarganya. meninggal dunia ayah putri membuat mereka berdua merasakan duka yang mendalam. Dunia yang semula cerah dan penuh harapan berubah menjadi gelap. Putri merasa jika langit pun ikut menangis atas meninggal dunia ayahnya. Hujan deras yang turun tanpa henti, seakan turut merasakan kesedihannya. 

Kehilangan ayah begitu menyakitkan bagi putri dan ibunya. Tak hanya kehilangan sosok yang sangat ia cintai, ia juga merasa dunianya terhenti dari segala bentuk kebahagiaan yang pernah ia rasakan. Setiap pagi, ia akan terbangun dengan perasaan kosong dan hampa. Seolah-olah dunia ini tidak lagi memiliki arti. Rumah yang semakin sunyi tanpa adanya kecerian dan kebahagian didalamnya. Ibunya yang terlihat sangat tabah atas kepergian suaminya juga tak dapat menyembunyikan kesedihannya. Kehilangan orang yang mereka sayangi dan cintai itu membuat mereka berdua seperti berjalan di dalam kabut, yang tak terliat arah tujuan yang dituju. 

Waktu demi waktu telah berlalu, meskipun luka fisik di tubuh putri perlahan sembuh, namun luka di hatinya terasa semakin dalam. Putri merasa dirinya seperti seorang pelaut yang terjebak dalam badai, tak tahu bagaimana cara keluar. Setiap kali ia melangkah, ia merasa langkahnya terasa berat, seolah beban hidup yang ditinggalkan ayahnya terlalu besar untuk ia pikul sendirian. Bahkan di tengah larut malam saat semua orang terlelap, ia sering terjaga dan menangis, ia sangat merindukan tawa ayahnya yang selalu mengisi setiap sudut rumahnya. 

Suatu saat di sore hari, hujan telah reda dan langit mulai menunjukkan sinar senja yang sangat indah, putri memutuskan untuk pergi ke hutan belakang rumahnya bersama dengan ibunya. Dimana tempat itu yang dulu sering ia kunjungi bersama ayahnya. Mungkin, dengan berjalan-jalan di sana ia bisa merasakan sedikit ketenangan atas kepergian ayahnya. Langkah demi langkah ia telusuri dengan perlahan, menyusuri jalan setapak yang sudah dikenalnya dengan baik. Hutan itu terasa sunyi dan sepi, terlihat sangat menyeramkan namun, bagi putri didalamnya terdapat kenangan yang membekas di setiap pepohonan dan batu batu yang ia lihat. Di sanalah dulu ayahnya sering bercerita tentang impian-impian mereka berdua, tentang masa depan yang ia tuju dengan penuh harapan. Saat ia mencapai tepi sungai kecil yang ada dihutan itu, sungai yang memiliki aliran air yang jernih di tengah hutan itu membuat putri berhenti sejenak. Ia menatap air sungai yang mengalir dengan tenang, seolah ia melihat bayangan dirinya sendiri yang terombang-ambing di aliran sungai itu. 

Disaat dirinya menatap air sungai itu sesuatu yang ajaib terjadi secara tiba tiba. Muncul lah pelangi dari balik awan yang berada di langit. Dengan warna-warnanya yang cerah dan indah. Dengan muncul pelangi itu dapat memecah suasana hati Putri yang gelap. Putri terdiam sejenak dan melihat pelangi itu dengan kagum. Pelangi itu tampak begitu memukau dan begitu sangat nyata, sepertinya pelangi itu muncul untuk menyampaikan pesan. Ia kemudian teringat kata kata ibunya "Di balik hujan, ada pelangi yang menunggu untuk muncul" yang ia ingat setiap kali mereka menghadapi kesulitan. Sekarang makna kata itu terasa begitu nyata. Putri menyadari bahwa pelangi yang muncul setelah hujan bukan hanya keindahan alam tetapi juga simbol harapan yang tidak pernah padam, meskipun dunia terkadang tampak gelap dan penuh cobaan.

 Kemudian putri berdiri diatas batu besar yang berada ditepi sungai itu dan menatap pelangi itu dengan optimis. Ia menyadari bahwa dirinya telah mengalami kesedihan yang sangat mendalam. Saat ini ia akan berusaha bangkit dari keterpurukan yang ia rasakan saat ini. Ia berfikir bahwa dengan kehilangan sosok ayah yang ia cintai membuat ia merasakan luka yang begitu mendalam dan seharusnya ia tidak terjebak didalam kesedihan selama ini. Ia juga berfikir bahwa setiap luka atau kejadian yang telah terjadi mengandung pelajaran dan kesempatan untuk berkembang lebih baik lagi. Mungkin ada sebuah kehidupan yang lebih indah yang menantinya setelah masa-masa sulit ini telah berlalu, seperti pelangi yang muncul setelah hujan.

 Putri kemudian memiliki tekad baru dan memutuskan untuk kembali ke desa dan berusaha menjalani hidupnya dengan lebih bermakna. Ia mulai membantu ibunya bekerja di lading meskipun itu terasa sangat sulit baginya. Selain itu, ia mulai berbicara lebih banyak dengan teman-temannya dari pada sebelumnya. Putri tetap mengalami rasa kehilangan, tetapi dia mulai belajar untuk ikhlas menghadapi kenyataan dan menjalani hidupnya dengan keberanian. Putri mulai merasakan banyak perubahan dalam dirinya beberapa bulan kemudian. Meskipun rasa kehilangan ayahnya masih menyelimuti hatinya, dia tidak lagi terjebak dalam kesedihan yang mendalam. Ia mulai menemukan cara untuk menghargai hidupnya dan setiap waktu yang tersedia baginya. Meskipun pelangi harapan tidak selalu muncul, Putri tahu bahwa ia harus terus berusaha mencari keindahan yang ada di dalam kesulitan-kesulitan yang ia hadapi.

 Suatu hari, saat Putri berjalan di kebun bersama ibunya, ia melihat pelangi muncul lagi di langit. Kali ini, pelangi itu lebih terang dan berwarna-warni, seolah-olah menandakan bahwa Putri telah menemukan jalannya kembali. Dengan tatapan penuh kebanggaan, ia tersenyum kepada ibunya. Mereka berdua menyadari bahwa meskipun hidup mereka telah mengalami perubahan, mereka tetap memiliki satu sama lain dan memiliki harapan untuk masa depan yang lebih baik. Putri menemukan pelangi harapan di balik lukanya, yang memberinya semangat untuk melanjutkan hidup. Luka tidak akan pernah benar-benar hilang. Sebaliknya, ia belajar untuk hidup berdampingan dengan luka dan terus mencari kebahagiaanya, meskipun kadang-kadang kebahagiaan itu datang dengan cara yang tidak diduga. Hidup Putri menemukan cahaya setelah melewati kegelapan, seperti pelangi yang muncul setelah hujan. Putri sekarang tahu bahwa di balik setiap luka ada pelangi harapan yang menunggu untuk ditemukan. Pelangi yang memberi warna warni pada hidupnya bahkan di tengah-tengah kesulitan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline