Lihat ke Halaman Asli

indah fajar sari

pegawai swasta

Menangani Krisis Gizi Anak di Indonesia

Diperbarui: 23 Juni 2024   00:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Indonesia, sebagai negara dengan populasi anak yang besar, masih menghadapi tantangan serius dalam hal gizi anak. Data terbaru dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa tingkat gizi buruk masih tinggi di beberapa daerah, meskipun telah ada upaya intensif untuk mengatasi masalah ini.

Krisis gizi anak di Indonesia terutama dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti ketidakmampuan ekonomi keluarga, akses terbatas terhadap pelayanan kesehatan yang memadai di beberapa daerah, dan kurangnya pengetahuan tentang pola makan yang sehat. Hal ini menyebabkan dampak jangka panjang yang serius terhadap pertumbuhan dan perkembangan mereka secara fisik dan mental

Anak-anak Indonesia, terutama yang tinggal di daerah pedesaan dan perkotaan miskin, merupakan kelompok yang paling rentan terhadap masalah gizi ini. Krisis gizi anak telah menjadi perhatian serius dalam beberapa dekade terakhir, dengan upaya-upaya pencegahan dan penanggulangannya semakin diperkuat seiring waktu.

Dampak Positif :

1. Peningkatan Kesadaran : Program-program pencegahan dan penanggulangan krisis gizi anak telah berhasil meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi yang cukup untuk tumbuh kembang anak.

2. Perbaikan Status Gizi : Banyak anak yang mengalami perbaikan status gizi mereka melalui program pemberian makanan tambahan dan suplementasi gizi yang diselenggarakan pemerintah dan mitra-mitra lainnya.

3. Kolaborasi dan Kerjasama : Kerjasama antara pemerintah dengan lembaga internasional dan sektor swasta telah memperluas akses terhadap sumber daya yang mendukung penanggulangan krisis gizi anak di berbagai wilayah Indonesia.

Dampak Negatif :

1. Tantangan Keberlanjutan : Beberapa program penanggulangan krisis gizi anak menghadapi tantangan dalam hal keberlanjutan, terutama terkait dengan pendanaan dan kelanjutan program setelah proyek berakhir.

2. Masalah Logistik : Distribusi makanan tambahan dan suplemen gizi seringkali terhambat oleh masalah logistik di daerah-daerah terpencil, yang mengurangi efektivitas program tersebut.

3. Ketergantungan : Beberapa keluarga mungkin mengalami ketergantungan terhadap bantuan pemberian makanan tambahan, tanpa meningkatkan kapasitas mereka sendiri dalam mengelola gizi anak secara mandiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline