Lihat ke Halaman Asli

Indah EkaPriyanto

Universitas Muhammadiyah Jakarta

Untung Rugi Keberadaan Ikan Invasif di Sungai Ciliwung

Diperbarui: 23 Oktober 2024   19:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Sabtu (19/10/24), Youth Leadership Scholarship melakukan sesi outing class dengan tema 'Goes to Ciliwung' dipandu oleh relawan Komunitas Ciliwung Depok (KCD). 

Pembelajaran tersebut dibagi dalam dua tahap, yaitu susur sungai dan pemberian materi. Susur sungai dilakukan oleh masing-masing kelompok bersama salah satu relawan KCD sebagai skipper dengan radius tempuh 4 km selama 2 jam menggunakan perahu karet. Sedangkan materi yang dipaparkan setelah susur sungai ialah ecobrik dan ikan lokal sungai Ciliwung.

Mulanya, ikan di sungai Ciliwung memiliki 187 spesies. Namun, seiring waktu, hanya ditemukan 15 spesies melalui penelitian oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Di 2023, relawan KCD juga melakukan penelitian di 18 titik pendataan untuk menemukan spesies yang hilang, dan ditemukan terdapat 27 spesies. Pengurangan drastis jumlah spesies ikan tersebut disebabkan faktor-faktor seperti penangkapan ilegal, bencana alam, banjir, sampah, dan keberadaan ikan invasif. 

Ikan invasif sendiri merupakan ikan asing yang mengganggu ekosistem barunya, dan cenderung menjadi predator bagi ikan-ikan asli. Dari 27 spesies, ada 10 jenis ikan invasif di Ciliwung, beberapa diantaranya yaitu ikan mas, bawal, nila. Ikan-ikan tersebut yang mungkin dianggap sebagai ikan asli, rupanya ikan luar Indonesia dan dibiarkan begitu saja di Ciliwung tanpa aturan perlindungan untuk ikan-ikan lokal. 

Sebagai invasif, ikan-ikan tersebut mengambil hak yang seharusnya dimiliki ikan-ikan lokal. Mereka mengambil jatah makanan dan area perkembangbiakan. Jika 1 ikan invasif menghasilkan 10 ikan invasif lainnya, maka porsi makan untuk ikan-ikan lokal akan menipis dan mengakibatkan pengurangan jumlah ikan lokal yang seharusnya berkembangbiak dengan baik.

Jika dominasi invasif terus berlanjut, kepunahan ikan-ikan lokal dapat dilihat di depan mata. Ekonomi perikanan juga terganggu karena penurunan hasil tangkapan ikan asli, serta resiko penyebaran penyakit yang sebelumnya tidak ada bagi ikan-ikan lokal akan ikut terdampak.

Hal itu tentu saja merugikan. Ciliwung ialah sungai lokal, sehingga apa yang di dalamnya juga harus dijaga dengan baik. Meskipun ikan-ikan invasif cenderung merugikan, tidak bisa dipungkiri terselip keuntungan dari mereka.

Seperti ikan nila dan ikan bawal, masyarakat sekitar Ciliwung lebih menyukai membudidaya kedua ikan tersebut sebab adaptif daripada ikan lokal. Bila dikelola dengan baik, ikan invasif dapat berkontribusi pada peningkatan ekonomi. Apabila masyarakat sekitar Ciliwung lebih menyukai ikan bawal yang rasanya sedikit manis, maka sektor budidaya lebih terfokus pada ikan bawal, sehingga membuka jalan bagi sektor pedagangan dan pariwisata berupa mancing. 

Ikan lokal versus ikan invasif meski menjadi masalah serius, namun keberadaan keduanya masih dikategorikan seimbang di Ciliwung saat ini. Ikan invasif dapat berperan sebagai pengendali ikan lokal jika jumlahnya terlalu membludak, dan ikan invasif juga jangan dibiarkan secara bebas dalam perkembangbiakannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline