Lihat ke Halaman Asli

Indah Dwinta

Berbagi Kehidupan

Penyair dalam Penyair

Diperbarui: 25 Januari 2021   15:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. Geulgram | Jeremy Bishop

Kita bukan Chairil Anwar, dicurahkan Binatang Jalang yang mengaum hingga kini.

Kita bukan Ajip Rosidi, yang dirahmati Jante Arkidam, ahli meloloskan diri.

Kita pun bukan Sapardi yang dianugerahi Hujan Bulan Juni, hingga menggugurkan musim yang lain.

Tapi kita bisa membuat sesuatu seperti para pendahulu. Sesuatu yang memang telah digariskan untuk kita. Seperti hidup yang benafas ini.

***

Saat kau sedang makan, mandi, berjalan, berlari, atau boleh jadi sedang tertidur. Akan tiba Penyair yang menyentuh hatimu. Membisikkan kata-kata di telingamu dan menggerakkan jarimu untuk menuliskan puisi.

Biasanya kamu akan tergesa mencari pena atau di zaman modern seperti ini, kamu mengetiknya di catatan ponselmu. Kamu tak ingin kehilangan sentuhan itu. Kamu tak mau getarnya keburu hilang dari perasaanmu. Sentuhan itu tak akan pupus, jika memang menjadi hak-mu.

***

"Kapan Penyair itu akan menyentuhku?"

Aku tak tahu. Ia begitu rahasia. Sehingga siapa pun tak bisa menemukan waktu dan tanggal kehadirannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline