Lihat ke Halaman Asli

Indah budiarti

https://www.kompasiana.com/indahbudiarti4992

Piket Kelas, Jangan Asal Ditempel Saja

Diperbarui: 29 Januari 2024   07:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banjir di SMAN 10, Medan Ksatria, Pejuang, Bekasi, Senin (24/2/2020).(KOMPAS. COM/CYNTHIA LOVA)

Bagaimana jika Anda sebagai guru memasuki sebuah kelas untuk mengajar tetapi kondisi kelas tidak mendukung? Contohnya antara lain, siswa yang tidak siap atau ruang kelas yang berantakan alias kotor?

Apakah Anda biarkan saja, yang penting Anda mengajar dan menyampaikan materi lalu menilai hasil yang diperoleh siswa? Atau Anda langsung menegur dan memarahi siswa di kelas itu atau lantas menuduh petugas piket di hari itu tidak menjalankan tugasnya?

Hal ini pernah saya alami. Di saat jam pelajaran saya, saya merasa terganggu dengan kondisi kelas yang sangat tidak mendukung yaitu adanya sampah-sampah kecil yang bertebaran di lantai. Ada bekas bungkus permen, sobekan kertas, sedotan dan pasir atau tanah yang terbawa dari sepatu para siswa.

Sebelum memulai pelajaran, saya selalu mengontrol kesiapan seluruh kelas. Memang saya tidak mengajar di satu kelas melebihi dua jam pelajaran dikarenakan saya mengajar bidang studi atau mata pelajaran tertentu. 

Terkadang jam pelajaran saya berkurang dan materi tidak tersampaikan dengan baik. Saya lebih mendahulukan untuk mengarahkan mereka terutama hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan karakter siswa.

Entah ini sudah menjadi tradisi kita dan anak-anak muda bahwa perihal kebersihan itu adalah tanggung jawab sang petugas. Ini terbukti pada saat saya memberikan contoh memungut sampah dan lalu meminta anak didik saya untuk ikut membantu. Jawaban simpel dari mereka yang selalu saya dengar. "Itu bukan sampah saya."

Hal itu juga pernah saya alami di lingkungan tempat tinggal saya, para tetangga ada yang sampai saling menuduh hanya karena perkara sampah plastik yang hanyut di selokan akibat hujan deras yang mengguyur. Akhirnya tidak ada yang mau peduli untuk menyelesaikan urusan sampah.

Kembali saya berpikir bahwa kita ternyata belum berhasil mengajarkan pendidikan karakter yang kalau dituliskan data dan daftarnya, pasti tidak akan ada akhirnya. 

Pendidikan karakter yang selama ini digaung-gaungkan akhirnya tanpa kita sadari melemah dengan sendirinya. Pendidikan karakter memang harus dicontohkan dan dipraktikkan. Lalu harus terus digiatkan agar menjadi pembiasaan.

Pendidikan karakter sebenarnya sudah ada sejak lama, hanya saja mungkin terkalahkan persentasinya dengan penerapan materi pelajaran yang bertujuan untuk mencerdaskan otak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline