Lihat ke Halaman Asli

Indah budiarti

https://www.kompasiana.com/indahbudiarti4992

Menengok Manusia Gerobak di Sepanjang Jalan Berkonsep Sustainable Street

Diperbarui: 27 Juni 2023   00:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Pribadi

Melintasi jalan raya yang sama menuju rumah usai menuntaskan tugas adalah rutinitasku setiap hari. Akses jalan yang aman dan nyaman untuk dilalui adalah usaha dan hasil kerja pemerintah kota.

Meskipun hanya sepanjang 3,5 kilometer, jalan yang diberi nama RB Siagian di daerah Pasir Putih Kecamatan Jambi Selatan ini merupakan jalan berkonsep sustainable street yang berarti jalan yang memiliki hak multi moda dan diciptakan untuk mendapat manfaat yang berkaitan dengan mobility, ecology dan community.

Dengan mendukung agenda berkelanjutan secara luas yang merangkul tiga E, environment, ecology dan economy (Greenberg & Handy, 2010),  jalan RB Siagian ini dapat dikatakan telah mencakup elemen-elemen antara lain jalur terbuka hijau, jalur pedestrian, dan massa bangunan. Tidaklah heran jika jalanan ini dilalui oleh kendaraan-kendaraan yang melaju dengan kecepatan di atas 40 km/jam.

Jelas tampak di pandangan mata bahwa ruas jalan ini menjadi salah satu ruas jalan tercantik di kota Jambi. Jalur pedestrian atau jalur pejalan kaki dibuat dengan menempelkan batu-batu sikat, kerikil berwarna, dan keramik sehingga terlihat menarik dan nyaman untuk dilalui.

Namun sayang, jalur pedestrian ini justru jarang dilalui oleh pejalan kaki, kecuali pada waktu-waktu tertentu. Itu pun hanya segelintir orang saja yang melaluinya karena menghabiskan waktu berolahraga/jogging. Selebihnya, jalan yang mulus ini hanya dilalui oleh kendaraan roda dua maupun roda empat saja.

Yang menarik perhatian saya akhir-akhir ini adalah pada jalur pedestriannya. Saat pulang kerja hampir selalu saya menemui beberapa orang duduk santai di atas jalur tersebut. Yang lebih mirisnya adalah tentang siapa dan mengapa orang-orang itu berada di sana.

Ya, mereka adalah para pemulung. Pemulung yang biasanya saya temui dengan membawa karung dan alat seperti tongkat besi untuk mengorek atau mengaitkan benda-benda yang hendak dipungutnya. Tapi pemulung yang saya temui ini membawa gerobak berukuran besar. Di dalam gerobak itu terdapat benda-benda hasil dari memulung.

Ada satu fakta yang saya dapati bahwa para pemulung tidak berjuang sendiri. Sebagian besar dari mereka justru membawa anak-anaknya.

Benar saja, saya hanya bertemu pemulung yang didominasi oleh kaum perempuan yang berjuang bersama anak-anak mereka. Entah kapan mereka bergerak untuk mengumpulkan barang-barang bekas itu, yang pasti saya hanya melihat mereka duduk dengan santai di atas jalur pejalan kaki itu.

Yanti, seorang perempuan dengan dua anak yang masih balita sempat menarik perhatian saya untuk menengok. Melipir sejenak dan menghampiri mereka ketika dalam perjalanan pulang. Masih di jalan yang sama, jalan RB Siagian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline