Lihat ke Halaman Asli

Pencegahan Demensia pada Lansia

Diperbarui: 15 Januari 2023   13:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Demensia merupakan suatu sindrom yang bersifat kronis atau progresif yang mengakibatkan penurunan fungsi kognitif (yaitu kemampuan untuk memproses pikiran) melebihi apa yang diharapkan dari konsekuensi biasa dari penuaan biologis. Itu mempengaruhi memori, pemikiran, orientasi, pemahaman, perhitungan, kemampuan belajar, bahasa, dan penilaian. Penurunan fungsi kognitif biasanya disertai dan terkadang didahului oleh perubahan suasana hati, pengendalian emosi, perilaku, atau motivasi. Demensia diakibatkan oleh berbagai penyakit dan cedera yang terutama atau sekunder mempengaruhi otak, seperti penyakit Alzheimer atau stroke (WHO, 2022). Penyakit Alzheimer adalah yang paling umum bentuk demensia dan dapat berkontribusi hingga 60-70% kasus. Bentuk utama lainnya termasuk demensia vaskular, demensia dengan Badan Lewy, dan sekelompok penyakit itu berkontribusi pada demensia frontotemporal. Batas antara berbagai bentuk demensia adalah bentuk yang tidak jelas dan campuran sering hidup berdampingan (WHO, 2017)

Menurut (WHO, 2017), pada tahun 2015, demensia terjadi kepada 47 juta orang di seluruh dunia (5% dari populasi lanjut usia di dunia), angka itu diperkirakan akan meningkat menjadi 75 juta di tahun 2030 dan 132 juta pada tahun 2050. Secara global hampir 9,9 juta orang mengalami demensia setiap tahun, angka ini ditemukan menjadi satu baru kasus setiap tiga detik. Hampir 60% orang dengan demensia saat ini tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah dan sebagian besar kasus baru (71%) diperkirakan terjadi di negara-negara tersebut.

Faktor-faktor risiko terjadi demensia yaitu 

  • Karena kurangnya aktivitas fisik
  • Obesitas
  • Pola makan yang tidak seimbang
  • Penggunaan tembakau 
  • Penggunaan alkohol yang berbahaya
  • Diabetes melitus
  • hipertensi paruh baya. 

Selain itu, faktor risiko lain yang berpotensi dapat dimodifikasi lebih spesifik untuk demensia dan termasuk isolasi sosial, pencapaian pendidikan yang rendah, ketidakaktifan kognitif, dan depresi paruh baya. Mengurangi tingkat paparan individu dan populasi terhadap faktor risiko yang berpotensi dapat dimodifikasi ini, dimulai pada masa kanak-kanak dan berlanjut sepanjang hidup, dapat memperkuat kapasitas individu dan populasi untuk membuat pilihan yang lebih sehat dan mengikuti pola gaya hidup yang meningkatkan kesehatan yang baik. (WHO, 2017)

Dengan perawatan yang tepat pada penderita Demensia atau Alzheimer dapat melakukan   beberapa hal yaitu dengan menurunkan atau menajaga kadar kolesterol dalam darah dalam batas normal,  menurunkan ataupun menjaga tekanan darah dalam batas normal, mengontrol diabetes, berolahraga secara    teratur,    melakukan aktivitas  yang merangsang pikiran, meningkatan kualitas hidup dan makan makanan yang sehat  dengan gizi  seimbang. Selain  itu  penderita Demensia/Alzheimerdisarankan  untuk  melakukan beberapa  diet  buah dan  sayuran  berwarna  oranye dan  hijau  seperti  wortel  terbukti  bermanfaat  untuk penundaan   penurunan   kognitif   hingga   13   tahun lamanya.   Dimana   antioksidan karotenoidyagn dikandung  buah  dan  sayur  berwarna  oranye  dan hijau  yang  menghasilkan pigmen  berwarna  cerah pada buah dan sayuran tertentu ini dapat membantu menetralkan radikal  bebas  (molekul-molekul  yang dapat merusak  sel-sel  tubuh),  termasuk  melindungi tubuh   dari   berbagai   penyakit  seperti  kanker, diabetes.  Sayuran berdaun hijau, wortel, labu, dan ubi jalar kaya akan karotenoid. selain itu juga mengajak  otak  untuk  terus  aktif, seperti  memecahkan teka-teki silang yang menajga daya ingat hingga usia tua. (Muliatie et al., 2021)

pengurangan risiko penyakit tidak menular dan promosi kesehatan lintas sektor terkait dengan mempromosikan aktivitas fisik, diet sehat dan seimbang. Tindakan khusus termasuk manajemen berat badan untuk orang gemuk, penghentian penggunaan tembakau dan penggunaan alkohol yang berbahaya, pendidikan formal dan kegiatan yang merangsang mental serta keterlibatan sosial seumur hidup sejalan dengan prinsip keseimbangan pencegahan dan perawatan. (WHO, 2017)

Demensia merupakan suatu sindrom yang bersifat kronis atau progresif yang mengakibatkan penurunan fungsi kognitif (yaitu kemampuan untuk memproses pikiran) melebihi apa yang diharapkan dari konsekuensi biasa dari penuaan biologis. Itu mempengaruhi memori, pemikiran, orientasi, pemahaman, perhitungan, kemampuan belajar, bahasa, dan penilaian. Penurunan fungsi kognitif biasanya disertai dan terkadang didahului oleh perubahan suasana hati, pengendalian emosi, perilaku, atau motivasi. Faktor-faktor risiko terjadi demensia yaitu karena kurangnya aktivitas fisik, obesitas, pola makan yang tidak seimbang, penggunaan tembakau, penggunaan alkohol yang berbahaya, diabetes melitus, dan hipertensi paruh baya.

Daftar Pustaka

(WHO), W. H. O. (2017). Global action plan on the public health response to dementia 2017 - 2025. Geneva: World Health Organization, 52. http://www.who.int/mental_health/neurology/dementia/action_plan_2017_2025/en/

Muliatie, Y. E., Jannah, N., & Suprapti, S. (2021). Pencegahan Demensia/Alzheimer Di Desa Prigen, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan. Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat Dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR), 4, 379--387. https://doi.org/10.37695/pkmcsr.v4i0.1308

WHO. (2022). Demensia. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/dementia

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline