Lihat ke Halaman Asli

Sosok Unik: Pak Kuda Antik 900 Juta

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

7/4

Sore itu, sepulang kuliah tepatnya di hari pertama dibulan april ini,aku dan teman ku si kembar Emi-Ima melakukan hal yang tak biasa dilakukan oleh para orang yang kurang kerjaan, heheee. Berawal dari rasa penasaran terhadap sosok unikyang kita temui selama perjalanan pulang tepatnya disekitar Jalan darmo boulevard, Surabaya. Kita memberanikan diri untuk memberhentikan kendaraan kita dipinggir jalan besar itu. Kita seolahtak peduli lagi dengan tata tertib untuk dilarang berhenti disekitar jalan tersebut.

Sosok unik yang membuat kita nggak habis pikir akan usahanya yang nggak kenal kata nyerah. Beliau, pak tua yang rela menjadi setia penunggu trotoar jalan menuju Hr.Muhammad ini, tak pernah kunjung padam memamerkan patung besi dagangannya yang dibandrol 900 juta itu, walau diguyur hujan sekalipun.

Beliau yang wajahnya dipenuhi jenggot lebat berwarna putih beserta rambutnya yang gondrong layaknya ki Joko bodo , namun tak ada rambut hitam yang tersisa dirambutnya, yang ada hanya kepala yang dipenuhi dengan uban, enggan menyebutkan nama beserta alamat rumahnya. Lantas kita tak pantang arah untuk berlanjut menanyakan keluh kesah dalam membuat patung-patung antiknya. Beliau mengaku membuat patung-patung itu tak susah dan tak perlu biaya mahal, namun yang membuatku terkesima terhadap bapak ini , ia malah mengklaim dengan mengeluh-eluhkan hakekat seni yang sebenarnya. “ Membuat patungitu gampang, cari bahannya juga muda dan tak membutuhkan biaya selangit, tapi pencarian idenya lah yang tak pantas dipandang sebelah mata, seni itu mahal.”. Bapak tua yang lahir 74 tahun lalu ini mengaku bahwa jadi seorang seniman itu tak perlu sekolah atau belajar, yang paling penting seorang itu memiliki bakat lahiriah seniman. Dan untuk menjadi seorag seniman, modalnya hanya satu, harus jadi gila , pungkas beliau,, hehee

Selama perbincangan selama kurang lebih 30 menit itu, kita jadi tahu bahwa pak tua ini tidak hanya totalitas dalam berdagang, tapi juga mengedepankan asas kejujuran.Patung yang dipamerkan kini, dibuat olehnya pada tahun 1969 dan dapat diputar 360 derajat ini,ternyata mengurai sebuah kenangan dimana kuda tersebut hasil buatannya saat masih muda untuk anak tercinta, sehingga dibandrol lebih mahal. Namun, satu yang patut diacungi jempol bahwa bapak ini tidak pernah menggunakan asas kelicikan untuk bertransaksi, beliau mengatakan dengan jujur pada para pengunjung bahwa kuda coklat-putih itu sudah bekas.

Saya juga sempat menanyakan kenapa beliau tidak mencoba menetap di Bali saja, dimana para seniman berkumpul disana untuk berlomba-lomba mengais rezeki. Jawaban yang tidak kita sangka-sangka terucap oleh bibir tuanya yang dipenuhi oleh kumis putihnya itu, “ saya Ingin Surabaya dikenal akan seninya, Kenapa kita harus memajukan kota yang sudah dikenal akan seninya, seperti Bali, taka da gunanya itu”. Dari sini, kita dapat bersumsi bahwa bapak ini sungguh loyal dimana beliau lebih cinta kampong halaman daripada harus ikut-ikut para seniman lainnya yang mainstream dalam memamerkan karyanya.

Namun, Sangat disayangkan Bapak tua itu tak mengizinkan kita mempotret belaiu maupun patung hasil olah karsa beliau itu. Beliau sungguh lihai dalam berpikir dimana beliau bersedia diwawancarai beserta dipotret asal dibayar 500juta. Disini beliau tidak bias dikatakan licik, namun beliau cerdik dalam berpikir. Pak kuda ini berasumsi bahwa hasil dari kita atau misalnya wartawan yang berhasil wawancarai beliau, akan lebih melimpah , dan harga 500 juta tak akan sebanding dengan hasil yang didapat oleh para wartawan itu.

Terlepas dari itu semua, kesediannya untuk kami ajak ngobrol merupakan hal yang lebih dari bermanfaat, sebab dari perbincangan pendek itu, kita mendapatkan banyak ilmu dimana beliau selalu menekankan bahwa orang Indonesia itu hanya menegejar materi daripada menghargai makna seni yang seutuhnya.

Terimakasih Pak kuda,

Tak menjadi masalah bagi kita, tak dapat memotret paras beserta karyamu,

lebih dari cukup, Ilmu tentang seni dan kehidupan yang kau berikan,

Terimakasih untuk 30 menit yang sangat memukau,

Mungkin bagi banyak orang, kau sosok aneh,

Namun bagi kita, Kau begitu menginspirasi,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline