Lihat ke Halaman Asli

Indah Dwi Rahayu

Semesta Membaca Tinta yang Tertoreh

Mengenal Lebih Dekat Unsur Lithium yang Rupanya Penting bagi Indonesia

Diperbarui: 4 Maret 2021   21:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

medicalnewstoday.com

Akhir-akhir ini, topik mengenai lithium sedang naik daun berkat pembahasan nikel yang merupakan bahan baku komponen baterai lithium-ion. Ya, benar. Sebagai negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia, Indonesia beruntung karena hampir seluruh bahan baku baterai tersebut ada di Tanah Air. Namun sayangnya, tak semua orang paham mengenai unsur lithium. Dan, sebenarnya, eksplorasi lebih mendalam terhadap unsur lithium itu penting, lho. 

Mengapa bisa dinilai penting? Mari kita simak. 

Hal ini disebabkan, jika unsur lithium dimanfaatkan dengan baik maka akan menghasilkan berbagai macam produk turunan lainnya. Beberapanya tentu untuk kebutuhan pembuatan baterai lithium-ion. 

Saat ini, baterai lithium-ion terdiri dari berbagai macam tipe. Antara lain adalah NCA (Nickel Cobalt Aluminium Oxide), NMC (Nickel Manganese Cobalt Oxide), dan LFP (Lithium Ferrophosphate).

Dari ketiga produk baterai lithium-ion tersebut, popularitas NCA unggul di kalangan publik. Hal ini dikarenakan NCA memiliki kapasitas voltase lebih besar dibandingkan NMC maupun LFP. 

Perbedaan kapasitas voltase ini terletak pada komposisi material baterai yang berbeda. NCA memiliki material nikel lebih banyak dibandingkan material lainnya. Sedangkan NMC dan LFP memiliki komposisi material hampir merata. 

Berbicara mengenai voltase, NCA memiliki kekuatan sebesar 3,7 volt per sel. Sedangkan LFP memiliki voltase sebesar 3,2 volt per sel. Lalu bagaimana dengan NCM? Baterai ini terletak di rentang volt dari NCA dan LFP. 

Jika boleh disimpulkan, dari rentetan fakta tersebut membuat NCA memiliki spesifikasi yang tinggi dan lebih ringkas dalam hal ukuran. Spesifiknya seperti ini, NCA hanya membutuhkan 100 sel baterai, baterai LFP membutuhkan 200 sel baterai. Dengan demikian dimensi baterai tipe LFP akan lebih besar daripada NCA. 

Menurut berbagai sumber, dari ketiga tipe tersebut Indonesia memproyeksikan akan membangun industri baterai listrik dengan jenis NCA dan NMC. Kedua jenis ini memiliki kualitas tinggi dan dimensi yang dinilai pas. Sehingga, nantinya dapat memberikan ruang pada desain mobil listrik agar lebih menarik. 

Sedangkan dari segi cadangan nikel sebagai bahan baku baterai lithium, Indonesia diperkirakan memiliki deposit sebanyak 72 juta ton. Badan Geologi Kementerian ESDM dan USGS mencatat, cadangan ini menempati posisi pertama di dunia dengan porsi hingga 52% dari total cadangan dunia saat ini yang memiliki jumlah 139 juta ton. 

Sungguh sayang sekali jika pada akhirnya Indonesia tidak memanfaatkan potensi ini sebaik mungkin. Sebab, seperti pepatah, "berakit-rakit kita ke hulu, berenang kita ketepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian", jika generasi saat ini berani membidani dari lahirnya inovasi di bidang pertambangan, maka anak cucu kita yang akan menikmati hasilnya, sekaligus merawatnya menjadi lebih baik, menjadi Indonesia yang lebih baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline