Lihat ke Halaman Asli

Indah Dwi Rahayu

Semesta Membaca Tinta yang Tertoreh

Bangun, Indonesia Bisa jadi Raja Baterai Listrik

Diperbarui: 6 Januari 2021   15:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

hops.id

Beberapa hari yang lalu,  ada sebuah postingan tulisan di Facebook. Sederhana dan menarik, itulah yang pertama kali dipikirkan setelah membaca tulisan yang ditulis oleh Muhanto Hatta. Di tahun 2030 mendatang, Indonesia tidak lagi menggunakan kendaraan dengan bahan bakar minyak (BBM) melainkan beralih ke kendaraan listrik.

Media-media sudah menyebarluaskan tentang mimpi Indonesia dalam beberapa tahun ke depan menjadi raja produsen baterai listrik. Bukannya tidak mungkin, semesta sudah mendukungnya dengan melimpahnya mineral nikel di Tanah Air. Di mana komponen utama baterai lithium yaitu nikel. Presiden RI, Joko Widodo nampaknya sudah melihat dunia ke depan di era mobil listrik, tidak ingin mengulangi kesalahan di PT Freeport pada waktu lampau, jangan heran kalau dirinya menetapkan larangan ekspor bijih nikel per tahun 1 Januari 2020.

Presiden Joko Widodo tidak ingin Indonesia berdiam di tempat, cukuplah bertahun-tahun lamanya Indonesia menjadi pengekspor bahan mentah. Coba bayangkan saja, kita bisa menambah keuntungan lebih ketika bijih nikel diproduksi menjadi baterai lithium dibandingkan hanya menjual bijih nikelnya saja. Tanah Air punya sumber dayanya, teknologi yang dibutuhkan untuk memproduksi baterai lithium sedang diupayakan oleh pemerintah dengan menarik investor lokal dan asing sebanyak-banyaknya agar mau berinvestasi di industri baterai kendaraan listrik.

Pemerintah telah mencari cara terbaik dalam meningkatkan perekonomian, tapi ada saja negara-negara besar di dunia yang terbiasa mengimpor bahan baku dari Indonesia merasa terancam dengan adanya larangan ekspor bijih nikel. Jika ingin bijih nikel, mereka harus mau membeli baterai listrik yang diproduksi oleh Indonesia.

Larangan ekspor ini membuat Uni Eropa mengajukan gugatan ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) tentang kebijakan Joko Widodo mengenai larangan ekspor bijih nikel. Lewat Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 16 Desember 2019 lalu, Joko Widodo mengaku tidak takut dengan gugatan Uni Eropa tersebut, justru dirinya yakin bahwa Indonesia mampu menjadi produsen baterai listrik di masa mendatang. "Barang barang kita, nikel nikel kita, mau ekspor mau enggak, suka-suka kita. Ya, enggak?" ujar Joko Widodo.

Mau sampai kapan terjebak dalam masa lalu?  Investor asing yang berdatangan bukan berarti ingin menjajah negeri. Business to business (B2B) memberikan dampak baik yaitu membuat tenaga kerja kita mendapatkan skill dan knowledge baru. Tidak mau kan kita gagal move on dari masa lalu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline