Lihat ke Halaman Asli

Indah Dwi Rahayu

Semesta Membaca Tinta yang Tertoreh

Hadirnya Kendaraan Listrik, Bawa Untung untuk Industri Baterai Listrik

Diperbarui: 5 Januari 2021   09:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

joss.co.id

Dunia sepertinya sudah siap dengan hadirnya kendaraan listrik. Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia pada hari Rabu (30/12) mengungkapkan industri baterai listrik akan tumbuh pesat dalam beberapa tahun ke depan, bahkan permintaan bisa naik empat kali lipat. Banyak negara di dunia yang sudah mengurangi penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk mengurangi emisi karbon.

Lewat laporan Industries in 2020 yang ditulis oleh The Economist Intelligence Unit (EIU) dan McKinsey Research pada bulan September lalu, keduanya menyebutkan Tiongkok sebagai negara penggerak utama pasar kendaraan listrik atau EV (electric vehicle) global. Bahkan prediksi EIU menjelaskan bahwa kelak Tiongkok akan menyalip Amerika Serikat dengan total penjualan 1,39 juta unit mobil listrik.

Indonesia sendiri tidak ingin tertinggal. Kekayaan cadangan nikel Tanah Air yang menjadi komponen utama baterai lithium berpotensi menggarap industri baterai lithium.

Konsorsium Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terdiri dari PLN, Pertamina, dan MIND ID (Inalum) berencana membentuk bisnis baterai dari hulu ke hilir bernama Indonesia Holding Battery. Selain lokal, Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL), produsen baterai terbesar dunia asal Tiongkok siap berinvestasi ke Indonesia sebesar US$5 miliar atau sekitar Rp71 triliun untuk membangun pabrik baterai lithium-ion.

CATL bekerja sama dengan PT Aneka Tambang. Dalam perjanjiannya, Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto mengatakan 60 persen proses pemurnian nikel, bahan baku baterai dikerjakan di Indonesia.

LG Energy Solution dan Hyundai juga terlibat dalam proyek pembangunan pabrik baterai lithium-ion. LG Energy Solution akan berinvestasi sebesar US$9,8 miliar atau sekitar Rp138 triliun rupiah. Ke depannya, target pembangunan pabrik baterai lithium-ion bisa terintegrasi dari hulu ke hilir. Bahlil menjelaskan lokasi terbagi menjadi dua, untuk hulu yaitu tambang dan smelter di Maluku Utara, sedangkan hilir yaitu pabrik baterai dan recycle berada di Kawasan Industri Batang, Jawa Tengah.

Sementara Hyundai sendiri sudah membangun pabrik mobil listrik di Kawasan Industri Cikarang, Jawa Barat. Tidak heran bila awal tahun 2021 ini Kementrian Perhubungan dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah beralih menggunakan mobil listrik termasuk Ridwan Kamil selaku Gubernur Jawa Barat ikut antusias menggunakan mobil listrik sebagai kendaraan dinas di tahun baru.

Investor lokal dan asing kini saling bergandengan tangan satu sama lain untuk membangun pabrik baterai lithium, demi mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai negara produsen baterai lithium terbaik dunia.

Jikalau begini, apakah pikiranmu masih tertutup untuk menerima bantuan dari investor asing?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline