Lihat ke Halaman Asli

indah tri winarni

https://indahtriwinarni.wordpress.com/

Kendala Pendidikan Indonesia Selama Covid-19

Diperbarui: 6 Mei 2020   22:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Lebih dari sebulan kegiatan belajar mengajar peserta didik semua jenjang pendidikan dialihkan dari rumah. Tertuang dalam surat edaran Nomor 4 Tahun 2020 tertanggal 24 Maret 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan dalam Masa Darurat Coronavirus Disease (Covid-19). Selain itu, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menghapus ujian nasional tahun 2020 sebagai tindakan darurat, baru-baru ini pemerintah sedang menyusun kurikulum darurat dengan skenario belajar di rumah sampai Januari 2021. Hal tersebut diambil jika penyebaran pandemi virus corona masih belum berakhir.

Tidak dapat dimungkiri pandemi virus corona memberikan dampak signifikan terhadap lini kehidupan, tak terkecuali bidang pendidikan. Semenjak pandemi, sekolah-sekolah melakukan e-learning, yaitu konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar. Guru menyampaikan materi pembelajaran dari rumah dengan bantuan teknologi dan peserta didik menyimak dari rumah masing-masing tentunya dengan bantuan teknologi pula.

Penerapan pembelajaran jarak jauh atau daring bagi Indonesia adalah hal baru, Indonesia terlihat belum siap dengan sistem pendidikan abad 21 ini. Terbukti banyaknya aduan dan keluhan yang diterima pemerintah. Melalui pandemi covid-19, terlihat banyak sekolah dan guru yang gagap teknologi. Sudah saatnya hal tersebut menjadi bahan evaluasi jika teknologi adalah solusi nyata yang harus dikuasai. Saat ini kunci utama tercapainya pembelajaran yaitu hadirnya teknologi sebagai media pembelajaran. Seperti kata Schramn (1977), media pembelajaran adalah sebuah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.

Kecanggihan teknologi telah memudahkan pembelajaran daring. Tinggal bagaimana guru menciptakan inovasi-inovasi pembelajaran. Hal tersebut sangat penting supaya peserta didik tidak mengalami kebosanan. Guru mampu menggunakan teknologi yang sudah ada. Banyak pilihan, mulai dari pemanfaatan aplikasi berbasis pendidikan. Seperti Quipper School, Ruangguru, Google for Education, Zenius, Google classroom, Zoom, dan masih banyak lagi. Bila dirasa terkendala sinyal, guru bisa memanfaatkan aplikasi WA untuk memberikan materi kepada peserta didik.

Lebih kreatif lagi, guru mampu membuat pembelajaran sendiri, bisa melalui video yang telah dibuat semenarik mungkin dan diunggah ke dalam laman youtube. Atau dengan memanfaatkan situs-situs blog, seperti blogspot atau wordpress, yang telah dimuat materi pembelajaran.

Memang tidak mudah apabila belum terbiasa, namun sudah menjadi keharusan seorang guru mampu menguasai teknologi sebagai pembelajaran di abad 21 ini. Peran guru tidak dapat tergantikan oleh teknologi, namun seorang guru yang gagap teknologi mudah tergantikan. Mulailah dengan inovasi pembelajaran dalam skala kecil. Lambat laun inovasi skala besar mampu tercipta.

Selain masalah penggunaan teknologi pembelajaran yang belum akrab bagi pengajar. Pemerintah Indonesia harus mengevaluasi terjangkaunya sinyal internet ataupun kabel. Karena ini akan menghambat terwujudnya pendidikan abad 21. Sebenarnya masalah tersebut sudah menjadi rahasia umum, dan semua juga tahu jika Indonesia belum mampu mengatasinya. 

Paling kentara adalah masalah sinyal internet yang tidak menjangkau ke seluruh negeri. Banyak keluhan tidak bisa mengikuti kelas daring karena susah sinyal. Ironis memang, di saat negara lain telah merasakan jaringan 4G, Korea dengan 5G, dan bahkan China sedang mencoba 6G, Indonesia masih dengan 3G yang belum merata. Ini menjadi cacatan penting, mengingat semua lini kehidupan sangat bergantung terhadap internet.

Bahkan sinyal televisi kabel, Indonesia masih belum seratus persen merata. Program pemerintah belajar di rumah bersama TVRI ternyata tidak semua bisa menikmati. Terutama anak-anak yang berada di daerah terdalam dan terluar. Ini menjadi pekerjaan rumah bagi Indonesia. Di zaman yang televisi kabel mulai ditinggalkan, ternyata masih ada orang yang belum merasakan menonton acara televisi.

Pandemi virus corona memang sangat menakutkan. Semua orang di seluruh dunia berharap bencana nonalam ini cepat berakhir, supaya aktivitas kembali seperti semula. Kita sebagai manusia hanya bisa berdoa dan berprasangka baik atas apa yang terjadi saat ini. Kita petik hikmah dari peristiwa ini. Salah satunya mengevaluasi di bidang pendidikan. Masalah-masalah yang pendidikan yang muncul selama covid-19 harus mulai dikaji dan mencari solusinya. Hingga dunia pendidikan Indonesia selalu siap menghadapi hal terburuk sekalipun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline