[caption id="" align="aligncenter" width="614" caption="Foto: Cover buku Role Juggling (doc. pribadi)"][/caption] Berjihad dari rumah? Apa ada? Bukannya berjihad itu adalah berjuang di medan perang hingga tetesan darah penghabisan? Tidak hanya itu, karena kata Rasulullah SAW berjihad itu bisa juga dari rumah. Dulu, jika seruan berjihad ini telah datang dari Rasulullah SAW, maka sahabat menyambutnya dengan gembira dengan harapan mendapat pahala syahid di jalan Allah SWT. Hal ini menimbulkan rasa iri kaum perempuan pada zaman itu. Kenapa tidak? Kaum lelaki dapat saja dengan mudahnya mendapat pahala syahid dengan mengikuti seruan Rasulullah SAW untuk turun berjihad ke medan perang. Bagaimana dengan kaum perempuan? Maka diutuslah oleh mereka rekan mereka yaitu Zainab yang bergelar Khatibatin-nisa’ (wanita yang pintar berpidato) untuk menyampaikan keresahan mereka ini. "Ya Rasulullah, kaum lelaki kembali dengan membawa pahala perjuangan di jalan Allah, sedangkan kami (perempuan) tidak mempunyai peluang seperti mereka?" Mendengar ini, beliau pun bersabda, "Jangan khawatir, tenanglah! Uruslah rumah tangga kalian masing-masing dengan sungguh-sungguh maka dapat megejar pahala syahid di jalan Allah seperti mereka." Setelah memasuki dunia berumah tangga menjadi istri dan ibu, baru saya sadar kenapa mengurus rumah tangga itu diberi nilai pahala sedemikian tingginya. Tidak tanggung-tanggung, pahala yang dijanjikan sama dengan pengorbanan para pejuang yang berperang di jalan Allah. Karena untuk menjadi istri yang shalehah ternyata membutuhkan perjuangan yang tidak main-main. Setuju apa setuju? ;-)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H