Lihat ke Halaman Asli

Inaz Nugroho

Mahasiswi Hukum di Universitas Diponegoro

Kebermaknaan Partisipasi Publik di Tengah Pusaran Filter Bubble dan Echo Chamber

Diperbarui: 8 Januari 2024   16:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Unsplash

Era Digital: Kemudahan dan Inklusivitas

Era digital memindahkan realitas manusia yang semula berada di dunia nyata ke ruang siber yang tersusun dari aneka ragam jaringan internet dan arus informasi.  Ruang yang tercipta dalam berbagai jaringan ini juga menghilangkan batas kewilayahan, hal inilah yang kemudian membuatnya berbeda dari dunia nyata. Ruang siber terwujud dalam bentuk platform atau media sosial yang memungkinkan adanya interaksi sosial dalam jaringan internet.  Perpindahan realita ini juga meliputi perpindahan dialektika dan konflik dari dunia nyata ke ruang siber.

Contoh dari hal ini adalah perpindahan realita isu yang berkaitan dengan pembuatan atau perumusan perundang-undangan yang baru. Ruang siber memberikan kemudahan penyaluran informasi kepada masyarakat, sehingga terbentuklah suatu interaksi antar masyarakat dan pembuat peraturan perundang-undangan. 

Bahkan, saat ini masyarakat dapat menonton sidang perumusan perundang-undangan secara langsung melalui siaran live Youtube. Naskah-naskah rancangan undang-undang hingga peraturan perundang-undangan yang telah disahkan dapat diakses dengan mudah di internet. Penggencaran kemudahan akses informasi terkait perundang-undangan terus dilakukan sebagai bentuk transparansi sekaligus edukasi terhadap masyarakat luas terkait isu yang diangkat dalam perundang-undangan yang bersangkutan. Hal ini dilakukan untuk mewujudkan inklusivitas akses informasi bagi masyarakat luas, serta mewujudkan masyarakat yang sadar hukum.

Keterbukaan informasi  terhadap publik ini memberikan ruang bagi masyarakat untuk mengkaji rancangan dan peraturan perundang-undangan yang ada secara mandiri. Ruang siber yang meliputi sosial media juga memberikan kesempatan bagi siapapun  untuk memberikan pendapatnya sebagai bentuk aspirasi publik. Kesempatan ini diberikan merata pada seluruh anggota masyarakat tanpa melihat identitas individu. Selama terdapat koneksi dan akses internet yang baik, maka siapapun dapat beraspirasi dalam sosial media. Bahkan, hampir setiap institusi pemerintah membuat akun sosial media dan membentuk platform aduan sebagai bagian dari perluasan interaksi ruang siber untuk masyarakat dalam menyampaikan aspirasi.

Munculnya Ruang Gema (Echo Chamber) 

Sama seperti inovasi teknologi lainnya, banyaknya manfaat ruang siber tidak terlepas dari dampak negatif. Salah satu dampak negatif ini adalah rauang gema atau echo chamber yang merupakan situasi di mana pengguna sosial media hanya mendapati informasi sesuai dengan keyakinan mereka dan keyakinan ini semakin diperkuat dengan adanya pengulangan algoritma di timeline sosial media. 

Pengguna-pengguna sosial media juga berkemungkinan besar dipertemukan dengan pengguna sosial media lain yang memiliki jalan pikiran sama dalam suatu topik oleh algoritma sosial media. Ketiadaan informasi yang bersifat bantahan terhadap keyakinan pengguna sosial media dapat menutup sudut pandang pengguna. Dalam beberapa kasus, berpotensi memberikan informasi menyimpang atau hoax kepada pengguna sosial media. Jadi, dapat disimpulkan bahwa echo chamber merupakan konsekuensi dari adanya sistem algoritma sosial media.

Terciptanya echo chamber berdampak pada terisolasinya pengguna sosial media dalam topik atau sudut pandang tertentu, dan meminimalkan kemungkinan topik lain untuk muncul dalam timeline pengguna sosial media. Dampak lain yang dapat muncul dari echo chamber adalah opini yang disampaikan pengguna tidak akan mempertimbangkan perspektif lain dari isu yang dibahas. Rasa nyaman yang timbul dari terisolasinya pengguna terhadap suatu konten menyebabkan pengguna tidak kreatif karena tidak muncul rasa penasaran akan hal baru atau topik baru.  

Selain itu, echo chamber juga dapat memicu adanya penyesatan informasi karena adanya kemungkinan konten yang didukung tidak sesuai dengan konteks atau palsu (hoax).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline