Pertama kali naik pesawat dengan jarak tempuh 3,5 jam, pada dini hari (0030) itu rasanya deg-deg’an juga, daripada deg-deg’an gak jelas saya pilih tidur, tiba-tiba tangan lembut menyentuh bahu saya dan berkata : mau nasi goreng atau bihun goreng ? teh panas atau kopi panas ? “gubrakssssss… dengan susah payah membuka mata , coba focus liat jam , whattttt???0140 pagi, very late dinner or early breakfast nich !... pada saat itu cuaca tidak bagus, setelahmendengarkan pengumuman dari flight attendance untuk tetap duduk dan menggunakan seat belt akhirnya dari pada cemas karena tidak bisa liat apa-apa melalu jendela pesawat saya hajar (makan) juga dech bihun goreng + teh panasnya.
Jam 0600 akhirnya pesawat saya landing di tempat tujuan bandara Pattimura, karena perbedaaan waktu 2 jam lebih cepat dari jakarta jadi terlihat panjang waktu tempuhnya, dari bandara saya harus menuju pelabuhan tulehu dengan jaraktempuh 1 jam dan harus menyebrang dengan ferry, woowww mulai oleng nich, hilangkan kecemasan dengan tidur lagi, tidak bisa pules juga tidurnya karena banyak penjual makanan berteriak:” haluan kenari, pisang goreng, pisang rebus, jagung rebus, gula sagu, dll”. Sampailah saya di Masohi setelah 3 jam di laut, untuk menuju lokasi yang dituju, saya harus melanjutkan perjalanan darat selama 2-3 jam lagi, jalanan berliku, naik-turun di tempuh dengan kecepatan 80KM/jam , woowwwww, mulai mabok.
Tibalah saya di desa saleman- pulau seram, untuk menuju ora beach saya menggunakan perahu boat dengan jarak tempuh 15 menit saja, woowwww keindahan surga dunia itu terlihat jelas di depan mata saya sekarang..(maaf rada-lebay), terbayarkan jarak+waktu tempuh yang panjang dan melelahkan. Airnya jernih sekali sehingga koral-koral dan terumbu karangnya terlihat jelas. Terumbu karang masih terjaga sekali, alami bingitttttttsss (kata anak gaol sekarang). Pasir putihnya sedikit bercampur butiran merah jadi warnanya sedikit putih ke orange’nan (apa sih-gak jelas bahasanya). Betah rasanya berlama-lama main di pantainya. Ada 6-7 kamar penginapan di atas laut dan ada 5 -6 kamar penginapan di bibir pantainya.
[caption id="attachment_319002" align="aligncenter" width="576" caption="ora beach resort"][/caption]
[caption id="attachment_319003" align="aligncenter" width="576" caption="pantai ora"]
[/caption]
Untuk spot snorkeling bisa di depan penginapan langsung, kita bisa menemukan berbagai variasi terumbu karang, berbagai macam jenis ikan, termasuk nemo si ikan favorite saya. Spot snorkeling lainnya bisa di temukan di sekitar tebing tinggi, bukan hanya view under waternya yang keren tapi view atasnya juga keren banget dengan background tebing-tebing. Menikmati keindahan pulau seram belum lengkap rasanya jika belum melihat view keseluruhan dari atas terbing. Bersama 14 orang teman dan dibantu oleh 3 orang guide penduduk local , kami semua naik ke atas puncak terbing, tidak mudah bagi saya untuk menaklukan tebing dengan jarak tempuh 4 KM, untuk naik aja kita harus menggunakan bantuan tali karena posisi tebing 90 derajat, di tengah jalan saya sudah putus harapan dan nyerah, saya biarkan teman-teman yang lain mendahului saya, akan tetapi 2 orang guide penduduk local tetap setia menemani saya, satu di atas saya, satu lagi di bawah saya, posisi saya di tengah-tengah mereka, saya berkata : bapa saya menyerah , saya mo balik saja, si bapa menjawab : tarik nafas saja dulu, saya tunggu, saya akan bantu sampai tujuan, jangan lihat ke atas toch, nanti terasa jauh.
Luar biasa baik dan helpful banget nich si bapa, beliau adalah pohon, ranting dan tali hidup bagi saya(saya pegangan sama beliau) so sweet..hhehehehehe, tiba di penanjakan pertama sudah terlihat view pulau seram yang luar biasa indah, saya berkata kepada si bapa : bapa saya di sini saja sudah cukup dari sini sudah indah viewnya, dengan rada berat dia tinggalkan saya, dia bersihkan tempat yang sedikit teduh dari ranting-ranting agar saya bisa duduk. Beliau berkata : tidak papakah saya tinggal ? saya naik sebentar liat teman-temannya yach, hati-hati disini. Jelang 10 menit saya beristirahat beliau datang kembali, ayo kita naik tinggal sedikit lagi, itu teman-teman sudah foto-foto, ada bale-bale buat istirahat di atas, pemandangan dari atas lebih bagus sekali, kata beliau. Luar biasa saya jadi terharu, beliau adalah penyemangat terbesar saya, akhirnya sampai juga saya di atas di sambut dengan kain merah pengikat kepala, kata si bapa warna merah menandakan kami semua di sambut dengan baik disini. Mulailah mengabadikan foto-foto indahannya pulau seram-ambon manise. Pelajaran yang saya ambil dari beliau adalah jangan pernah menyerah sesuatu yang indah itu memang tidak mudah tapi kita akan menikmati hasil akhirnya nanti dengan senyum kepuasan.
[caption id="attachment_319005" align="aligncenter" width="540" caption="tebing tinggi"]
[/caption]
[caption id="attachment_319006" align="aligncenter" width="432" caption="this is it, Damn, love Indonesia"]
[/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H