Lihat ke Halaman Asli

Inaya Putri

Mahaswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Kontroversi Riba dalam Perbankan konvensional: Tantangan dan Solusi

Diperbarui: 1 Juni 2024   00:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

KONTROVERSI RIBA DALAM PERBANKAN KONVENSIONAL: TANTANGAN DAN SOLUSI 

Masalah riba, atau bunga yang dibayarkan atas pinjaman, telah menimbulkan kontroversi di industri perbankan konvensional. Riba dipandang haram dalam kerangka syariah Islam dan bertentangan dengan nilai-nilai kesejahteraan dan keadilan sosial. Perselisihan seputar riba di perbankan, hambatan-hambatannya, dan potensi solusinya akan dibahas dalam artikel ini.

Riba adalah suatu jumlah yang ditambahkan pada pokok pinjaman yang harus dibayar oleh peminjam. Riba dipandang sebagai perilaku yang merugikan dan tidak adil dalam Islam karena memanfaatkan kebutuhan peminjam demi keuntungan finansial pemberi pinjaman. Al-Qur'an langsung melarang riba karena merupakan kejahatan serius yang merusak tatanan sosial dan ekonomi. Larangan riba dikenal luas di masyarakat yang mayoritas penduduknya beragama Islam, dan banyak orang berusaha menghindari transaksi berbunga. Dalam komunitas ini, barang-barang keuangan halal dan bank syariah semakin populer. Di banyak negara non-Muslim, termasuk di Barat, riba, atau bunga, diakui sebagai komponen khas dalam urusan bisnis. Namun kesadaran akan moralitas pemberian pinjaman semakin meningkat, terutama yang berkaitan dengan suku bunga yang sangat tinggi.

Namun dalam sistem perbankan konvensional, bunga dianggap sebagai imbalan yang wajar atas penggunaan uang dan risiko yang ditanggung pemberi pinjaman. Hal ini menimbulkan kontroversi di kalangan umat Islam yang berusaha menghindari riba, namun tetap membutuhkan akses layanan perbankan untuk kebutuhan sehari-hari.

Tantangan dalam Menghindari Riba

Terbatasnya Akses terhadap Perbankan Syariah: Meskipun perbankan syariah berkembang pesat, beberapa negara masih memiliki akses terbatas terhadap layanan-layanan ini. Banyak orang kesulitan menemukan bank yang menyediakan barang dan jasa yang sepenuhnya sesuai dengan prinsip syariah, khususnya di negara non-Muslim.

Kompleksitas Produk Syariah: Dibandingkan dengan produk konvensional, produk perbankan syariah seringkali lebih kompleks. Misalnya bank membeli suatu produk terlebih dahulu kemudian menjualnya kepada konsumen dengan harga yang sudah termasuk margin keuntungan dalam akad pembiayaan murabahah (jual beli dengan margin keuntungan). Nasabah dan bank sama-sama harus memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih luas mengenai prosedur ini.

Kurangnya Pengetahuan dan Pendidikan: Masih banyak orang yang belum mengetahui dasar-dasar keuangan Islam dan cara menghindari riba. Pelanggan yang tidak memiliki pengetahuan yang baik tentang produk dan layanan syariah akan enggan meninggalkan system konvensional.

Solusi untuk Mengatasi Masalah Riba

Pengembangan Perbankan Syariah: Jaringan bank syariah perlu dikembangkan dan diperluas lebih lanjut. Kolaborasi lembaga keuangan dan pemerintah diperlukan untuk menawarkan insentif kepada bank syariah dan mendorong perluasan sektor ini di berbagai bidang.

Inovasi dalam produk Keuangan Syariah: Bank syariah harus terus menghadirkan produk dan layanan baru yang mudah digunakan untuk memenuhi kebutuhan nasabahnya. Pemanfaatan teknologi juga dapat meningkatkan aksesibilitas dan mempercepat proses transaksi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline