Tak semua anak tumbuh dengan percaya diri yang baik. Anak yang sudah mempunyai percaya diri yang baik pun kadang mengalami krisis percaya diri.
Percaya diri berasal dari konsep diri. Konsep diri berasal dari bagaimana pendapat teman sebaya yang ada sekitar kita dan orang dewasa terutama orang tua dan guru tentang kita ketika masih kecil. Baik itu penampilan fisik maupun tingkah laku.
Percaya diri terbangun dari hubungan cinta dan kasih sayang antara orang tua dan anak. Orang tua yang penuh cinta dan kasih sayang akan lebih melihat sisi positif yang dimiliki oleh anak daripada sisi negatifnya. Orang tua lebih fokus pada potensi dan kelebihan anak. Semakin anak diingatkan pada hal-hal positif tentang dirinya semakin kuat tumbuh rasa percaya dirinya.
Sebaliknya jika anak kurang percaya diri lebih disebabkan oleh sikap orang tua yang hanya melihat sisi negatifnya saja daripada hal-hal positifnya. Akibatnya, akan lebih mudah melihat negatifnya daripada sisi positifnya.
Percaya diri mulai terbentuk 6 tahun pertama dalam diri manusia. Jika setiap hari dibombardir dengan kata-kata negatif dan akhirnya dicap negatif maka yang terngiang dan dan akhirnya diyakini bahwa tidak ada kebaikan atau kelebihan yang anak tersebut miliki. Reaksinya adalah anak menjadi pendiam, malu, takut berpendapat, takut gagal, bahkan tidak mudah percaya pada orang lain.
Orang dewasa baik itu orang tua atau guru hendaknya memberikan ruang yang cukup bagi anak untuk membangun rasa percaya dirinya dengan menunjukkan hal-hal positif, kelebihan, dan potensi yang ada pada diri anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H