Lihat ke Halaman Asli

Inayat

Freelancer Konsultan Pemberdayaan Masyarakat

Mengasihi Pelaku Pendosa ?

Diperbarui: 2 Februari 2025   17:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Muslim.co.id


Imm Malik berkata
"Jangan kau lihat dosa-dosa orang lain seakan kau adalah Tuhan!
Lihatlah kepada dosa-dosamu niscaya kau memang hanya seorang hamba.. Maka kasihanilah orang-orang yang masih terkena ujian maksiat, dan syukurlah atas nikmat terjauhkannya dirimu dari kemaksiatan"

Mengasihi  Pelaku  Pendosa  ?


Sebuah pesan mulia dari seorang Imam Malik sebagai   pengingat bagi kita semua karena terkadang kita terjebak untuk menjadi hakim atas dosa, dan kesalahan  yang dilakukan oleh orang lain, sebagai manusia yang memiliki banyak kelemahan tentu jangan merampas hak perogratif Tuhan, kita tidak sedang  magang sebagai Tuhan didunia untuk memantau dosa yang dilakukan orang lain dengan lagak menggunakan hak perogratif Tuhan, memaki-maki si pelaku pendosa, menghina, menyudutkan, menghardik, meremehkan, merendahkan, dan menuduh sebagai  orang yang jauh dari ampunan Tuhan,  sangkanya  dengan seperti ini  adalah merupakan  cara-cara yang dibenarkan, padahal pendekatan ini sangat berbahaya karena secara tidak disadari seakan-akan tak ada celah kebaikan secuilpun  bagi pelaku pendosa dengan memberikan  predikat jelek, melaknat dan menghakimi orang lain, seakan-akan penilaian kita telah mendahului penilaian Tuhan, yang seharusnya disadari bahwa orang hidup itu dinamis senantiasa mengalami perubahan, perkembangan , tidak menutup kemungkinan  suatu saat nanti  akan meninggalkan semua perilaku buruknya dengan  memperbaiki dirinya, bukankah ampunan Tuhan lebih luas dari murka-Nya, atau bukankah  rahmat Tuhan  tidak bisa diprediksi dengan banyaknya atau sedikitnya amal, kerana  indikator masuk - tidaknya seseorang  ke surga pun penuh dengan misteri amal mana yang menjadi penyebab masuk syurga karena semua itu hanya Tuhan yang mengetahuinya

Dokpri


Sebagai salah satu contoh lautan ampunan Allah SWT sejarah telah menunjukkan bahwa sekelas seorang pelacur yang dianggap rendah, dan hina dimata manusia mendapatkan ampunan Allah SWT  saat  melewati seekor anjing yang menjulurkan lidahnya di tepi sumur, kondisi anjing itu hampir mati kehausan, kemudian wanita (pelacur itu) melepaskan sepatunya lalu mengikatnya dengan penutup kepalanya dan mengambilkan air untuk anjing tersebut, atas perbuatan baiknya Allah SWT mengampuni (dosa-dosanya) dengan sebab perbuatannya itu, seorang pelacur yang bergelimang dosa, dianggap hina, dan bahkan dipandang sebelah mata hanya  dengan satu amalan terhadap seekor anjing, ia mendapatkan ampunan dari Allah SWT . Ini menunjukkan betapa ampunan Allah tidak terbatas, dan bisa mengenai siapa saja, seburuk dan sebaik apapun orang tersebut, karena tidak ada yang benar-benar pasti dalam kehidupan, selama kita hidup pada akhirnya akan  bertemu dengan dua kemungkinan; apakah akan berakhir berakhir dengan happy ending atau sad ending

Dokpri


Terkait ini rasanya perlu untuk merenungi sebuah riwayat yang tertulis dalam kitab al-Jami' li Syu'ab al-mn, Imam al-Baihaqi (384-458 H) menceritakan Sayyidina Abu Darda' yang mengasihi pelaku maksiat, berkut kisahnya "wa-an 'abi qilabah an 'aba aldarda' marr-alaa rajul qad 'asaaaba dhanban fakanuu yusabuwnahu, faqala: ar'aytum law wajatamuh fi qalib alm takunuu tastakhrijnahu? qalwa: bilaa, qali: fala tasibuu akhakum wa'ahmaduu allah eaza wajala aladhi eafakum. qalwa: afila tabghaduhu? qali: 'iinama abghad eamalahu, fa'iidha tarakah fahu 'akhi"


"Dari Abu Qilabah bahwa sesungguhnya Abu Darda' bertemu dengan seorang laki-laki yang telah berbuat dosa, lalu orang-orang ramai mencela laki-laki itu. Abu Darda' berkata: "Tidakkah kalian lihat, andai kalian mendapatinya (terjebak) di dalam sumur, tidakkah kalian akan mengeluarkannya dari sumur?" Mereka menjawab: "Tentu saja." Abu Darda' berkata: "Janganlah kalian mencela saudara kalian, dan pujilah Allah 'azza wa jalla yang memberikan kesehatan kepada kalian." Mereka berkata: "Bukankah kita (harus) membencinya?" Abu Darda' berkata: "Yang harus dibenci adalah perbuatannya. Jika ia meninggalkan perbuatan (buruknya), ia adalah saudaraku." (Imam al-Baihaqi, al-Jmi' li Syu'ab al-mn, Beirut: Darul Kutub al-Ilmiyyah, 2000, )


Jadi sebanyak apapun amal seseorang, ia harus terus menjaga dirinya, termasuk dari mencela, menghina  para pelaku dosa, apalagi jika celaannya berangkat dari  perasaan merasa diri paling benar, paling bersih, paling sholeh, dan paling suci sikap ini wajib dihindari agar tidak terjebak sikap berlebihan, hindari  sebagai hakim kebenaran terhadap orang lain, menjadi Malaikat pengawas atas orang lain yang belum tentu pihak lain berada di jalan yang sepenuhnya salah, mengapa harus  gemar menghakimi orang lain, gemar menghardik, menghukumi, mengalamatkan tuduhan sesat, pendosa,  dan seabreg penilaian negative lainnya untuk orang lain padahal Nabi yang senyatanya   memiliki sifat maksum (istilah dalam Islam yang berarti terpelihara dari dosa, kesalahan, dan kekeliruan, istilah berasal dari kata Arab ma'sum yang berarti "terpelihara dari dosa) sebagai uswah hasanah masih begitu rendah hati dan bijaksana dalam beturur dan bersikap terhadap pendosa sekalipun

Dokpri


Dengan demikian seburuk apapun pelaku pendosa, mereka masih memiliki hati, siapapun tidak berhak untuk  menyakiti atau  mencelanya kewajiban kita adalah mengingatkan dengan cara-cara santun, merangkul dengan penuh keadaban  bukan dengan mengumpat yang bisa jadi malah  memicu sang pendosa bisa semakin bepeluh dosa  sehingga ada andil kita dalam dosanya, Semoga Allah SWT senantiasa menjaga  hati agar tetap bersih, dan istiqomah   di jalanNya, Aamiin

Ahad, 02 Februari, 2025
Kreator Kompasiana : Inay Cileungsi, Kab, Bogor Jawa Bar
at

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline