Lihat ke Halaman Asli

Inayat

Freelancer Konsultan Pemberdayaan Masyarakat

Berpikir Sebelum Bicara agar Terhindar dari Penyesalan

Diperbarui: 6 Desember 2024   07:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Berpikir Sebelum Bicara Agar Terhindar Dari Penyesalan


Lidah itu lebih tajam dari pedang, sebuah peribahasa yang masih relevan untuk saat ini memiliki makna yang sangat dalam agar kita selalu menjaga lidah karena sekali saja luka menganga karena terpelesetnya lidah rasanya sulit sembuhnya dibanding luka karena pedang atau pisau , karena itulah kita diharuskan untuk menjaga lidah agar mengucapkan sesuatu  yang bermanfaat bagi diri dan orang lain, tidak membuat sakit bagi yang mendengarnya, ini mengajarkan bahwa memelihara lidah adalah suatu kewajiban bagi setiap  manusia, karena apa yang diucapkan oleh lidah kelak akan dipertanggung jawabkan, bukankah para Malaikat  selalu setia mencatat apa yang dilakukan oleh lidah manusia,  sebagaimana termaktub dalam Al-Qur'an QS. Qaf  ayat 18 Allah menjelaskan;  Tidak ada suatu kata yang  diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu mencatatnya. ayat ini menandaskan bahwa apa yang kita ucapkan tidak akan terlepas dari CCTV nya Allah SWT hendaknya ini dijadikan alarm bagi kita untuk lebih berhati-hati dalam berbicara, meski faktanya menunjukkan terkadang manusia seringkali lupa saat berbicara terlepas keluar dari lisan begitu saja terlebih saat emosi memuncak terkadang seluruh bahasa binatang keluar semua,  begitu juga saat guyonan diiringi gelak tawa dari khalayak pendengar   seringkali tidak menyadari bahwa apa yang diucapkan akan memiliki dampak dibelakangnya karena itulah mengapa kita kudu  berpikir ulang saat akan berbicara  

Dokpri


Rasanya kita patut mengingat dari sepenggal bait lagu "lidah tak bertulang"  lagu tempo doeloe dari album emas Bob Tutupoli yang sangat populer  pada tahun 1991 lagu ini hendak memberikan sebuah pesan menarik terhadap khalayak bahwa  betapa mudahnya orang membuat janji semudah mengucapkan kata-kata, betapa mudahnya orang mengolok-olok, betapa mudahnya lisan mengumpat, menghina, dan betapa mudahnya lisan mentertawakan orang lain ini karena memang lidak tidak bertulang , entah berapa banyak orang yang tersakiti oleh kata-kata yang meluncur dari lisan kita yang tidak terkontrol  ? namun harus diakui  berapa banyak pula orang yang hidupnya dikuatkan, pengetahuannya ditingkatkan,  semangatnya diperbarui,  harapannya diteguhkan, juga oleh kata-kata kita ? dengan demikian kita sepakat betapa pentingnya kata-kata  terlebih  sebagai makhluk sosial, tentu semua orang tidak bisa lepas dari interaksi dengan sesama, dan rasanya mustahil manusia di muka bumi ini bisa hidup tanpa bicara bagaimanapun berbicara itu adalah sebagai media utama dari proses interaksi social yang sangat menentukan, karena itu baik buruknya  dalam proses interkasi salah satunya akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana cara kita bertutur kata semakin baik dalam bertutur kata maka akan semakin baik pula respon yang akan didapatkan tetapi sebaliknya jika yang keluar dari lisan adalah sesatu yang kotor maka akan berdampak buruk badi diri dan orang lain karena itulah pentingnya untuk berpikir sebelum bicara

Dokpri


Harus menjadi pengetahuan bersama bahwa tutur kata yang meluncur dari lisan  menunjukkan jatidiri atau akhlak  seseorang itulah mengapa Rasulullah SAW mengingatkan kepada kita bahwa "Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan." (HR. Bukhari), semakin mempertegas bahwa hanya melalui tutur kata yang baik seseorang bisa menyelamatkan orang lain, bahkan bisa jadi hanya karena terpeleset lidah bisa menimbukan amarah, dan  konflik berdarah-darah karena itulah ajaran Islam  hanya memberikan dua pilihan saja  terkait bagaimana memfungsikan lisan adalah  berkata yang baik jika tidak bisa, maka pilihannya  diam jauh akan lebih menyelamatkan  sebagaimana hadist Rasulullah SAW  "Siapa yang beriman kepada Allah subhanahu wata'ala dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam."  hadist ini menunjukkan bahwa urusan lisan bukan perkara main-main karena itulah dalam kontek hadist ini dikaitkan dengan keimanan , dengan demikian  bagi orang-orang yang tidak bisa mengendalikan lisannya suka menyakiti orang lain, membuat orang lain malu, risih,  membuat orang lain merasa terhina  rasanya patut dipertanyakan kualitas keimanannya. Dengan demikian Menjaga lisan bagian dari keimanan seseorang tidak ada cara lain kecuali berbicara dengan bijak dan menghindari ucapan yang dapat menyakiti orang lain. Berikut beberapa cara menjaga lisan: 

  •  Lebih baik diam jika tidak mampu berkata baik
  •  Menghindari ucapan yang dapat menimbulkan fitnah, kebencian, dan permusuhan
  •  Menjaga hati dari sifat tercela
  •  Tidak mudah tersulut emosi  
  •  Memperbanyak dzikir dan mengingat Allah SWT
  •  Memohon kepada Allah agar diberi kekuatan dalam menjaga lisan

Kesimpulan :

Menjaga lisan merupakan salah satu bentuk ibadah yang sering kali diremehkan atau bahkan terlupakan, padahal sesungguhnya  kata-kata   yang keluar dari mulut bisa menjadi sebab seseorang mendapatkan ridho Allah SWT atau sebaliknya, membawa kepada murka-Nya. Pilihanya ada dimasing-masing kita... Demikian semoga bermanfaat

Wallahu A'lamu
Jum'at, 06 Desember 2024
Kreator Kompasiana : Inay Thea

Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline