Jangan Suka Bermain Api Dengan Sikap Tidak Jujur
Masih diperlukankah sikap jujur di negeri ini dimana moral sudah tidak lagi bersendi, tidak lagi menjadi hiasan dalam kehidupan, moral sudah berserak -serak dimana-mana semakin tidak karuan akibat kehilangan moral maka perlikau menimpang pun makin meraja lela korupsi misalkan terjadi dimana mana dari yang sembunyi - sembunyi sampai terang-terangan, dari individu sampai korupsi berjamaah, dan dari mulai birokrasi hingga lembaga perwakilan, dari pusat sampai ke desa sekalipun , dari pejabat tinggi sampailevel bawah soal ini sering terjadi hanya yang membeedakan skalanya saja besar atau kecil tetapi daya rusaknya tidak terlalu jauh pertanyaannya adalah apakah kita akan merugi jika harus bersikap jujur terhadap diri dan orang lain ? ingat kejujuran adalah berarti kesesuaian antara ucapan dan perlilaku keseharian, kesesuaian antara informasi dan kenyataan, ketegasan dan kemantapan hati, dari sesuatu yang baik tidak dicampuri kedustaan, kebohongan, dan kepura-puraan, bukankah sikap jujur, baik, sabar, ikhlas, suke memberi, amant, adalah sesungguhnya adalah fitrah baik pada manusia sebagaimana dalam Al Qur'an surat Ar Rum ayat 30: "Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah (pilihlah) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu tidak ada perubahan pada fitrah Allah SWT (Itulah) agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui" artinya semua manusia baik dan sikap baik ini melekat jujur didalamnya karena manusia betapapun jahatnya, rusak akhlaknya,buruk perilakunya tetap saja i hati kecilnya mengakui sikap jujur, seorang penjahat sekalipun, pencopet , maling kelas cere dan besar, para pelaku korupsi, penjahat kelas kakap sekalipun sungguh tidak akan pernah menginginkan anaknya menjadi penjahat, seorang penipu ulung tidak pernah terlintas dalam pikirannya agar anaknya menjadi penipu juga, bahkan seorang koruptor kelas kakap juga tidak ingin anaknya melanjutkan karir sebagai koruptor karena bagaimanapun mereka mengakui bahwa apa yang telah dilakukan tidak sesuai dengan hati nurani alias bertentangan dengan hati ini semakin meyakinkan bahwa manusia memiliki sikap baik yang seharusnya tidak boleh luntur pada diri manusia
Pada akhirnya seringkali terjadi para pelaku penjahat untuk melegitimasi rasa bersalahnya terdengar ungkapan dengan menyalahkan keadaan, lingkungan (blaming the others) dengan cara mencari kambing hitam agar supaya terbebas dari jerat hukum, telunjuknya diarakan kepada orang lain, jika pelaku korupsi maka ia akan mengatakan bahwa kawan-kawan sekantornya juka melakukan hal yang sama hingga keadaan ini kalau tidak korupsi kahawatir tidak akan langgeng menduduki jabatan, bukankah jabatan itu menjadi transaksi korupsi, pantas jika korupsi masih merajalela ? disamping lembeknya soal hukum tetapi hal yang paling mendasar adalah karena luntur nia nilai-nilai baik pada manusia salah satunya adalah soal moral, dan kejujuran yang sudah luntur dan tidak dibudayakan dalam sendi-sendi kehidupan, terkesan moral dan kejujuran hanya sebagai pemanis saja, tetapi jika sudah berdekatan dengan masalah uang langsung meleleh berubah warna pudar tidak jelas arahnya.
Kondisi kehidupan acapkali menjadikan manusia menyukai cara -cara yang serba instan,cepat, potong kompas untuk mencapai tujuannya yang pada akhirnya untuk mencapai tujuannya maka dilakukan dengan cara-cara tidak halal atau dengan kata lain menghalalkan segala cara , tidak lagi berpikir apakah cara itu bertentangan dengan moral dan ajaran agama, itu sudah tidak penting lagi, karena yang ada dalam benak pikirannya adalah bagaimana mendapat keuntungan sebesar - besarnya, menumpuk-numpuk kekayaan sebesar-besarnya dalam tempo sesingkat - singkatnya soalan apakah karena perilakunya merugikan orang lain atau bahkan negara sekalipun itu urusan lain, namun perlu diingat perilaku tidak jujur ini terlihat menguntungkan, tapi sesungguhnya ketidak jujuran justru awal dari kehancuran bahkan bukan semata-mata kejatuhan moral dan integritas, tetapi kajatuhan ruhani yang teramat rendah bahkan menjadi kebangkrutan ruhani yang paling mengerikan, jika sikap ini dirawat maka tinggal menunggu gelombang tsunami kehancuran.
Input sumber gambar/dokpri
harus kita akui bahwa jalan menuju kejujuran itu mirip dengan istilah jalan yang benar, jalan yang lurus, namun jalan yang benar bukan berarti lurus seperti jalan tol lurus nyaris tanpa hambatan namun bisa jadi bahwa jalan yang benar itu justru berkelok -- kelok, tajam, licin, naik dan turun bahkan bisa jadi banyak duri, sementara ketidak jujuran mirip dengan jalan pintas yang bisa menghantarkan seseorang tapi ingat ia akan membahayakan, ketidak jujuran terlihat dari luarnya sangat menguntungkan, membahagiakan tapi sesungguhnya sangat merugikan karena mengorbankan sesuatu yang paling berharga sebagai manusia yang memiliki hati nurani karena orang yang tidak jujur selalu bertentangan dan bertarung dengan dirinya. sekali saja seseorang berlaku tidak jujur, maka dia juga akan melakukan hal yang sama untuk kasus -kasus lainnya, jadi ketidak jujuran itu ibarat bara api yang akan merembet kepada halaman-halaman berikutnya akan dilumat dan bahkan bisa menghabiskan tumpukan kayu besar ung sekalipun sekalipun, dan bahkan tidak menutup kemungkinan bisa membakar hutan karena susah dihentikan, itulah mengapa kita harus hati-hatilah dengan perbuatan tidak jujur