Nasehat Baik Dari Seorang Penjual Kue Cubit Gerobak Keliling
Belajar kehidupan dari orang-orang miskin yang tidak menampakkan raut kesedihan meski hidupnya dalam kekurangan namun tetap dilaluinya dengan penuh kesabaran, bahkan mereka tidak sakit hati jika tak kau sapa sekalipun, hebatnya lagi tak terlintas dalam pikirannya untuk mengambil hak orang lain, senyuman selalu mengembang dari bibir yang mungil , hati mereka selalu hidup dan berbinar, rasanya tanpa mereka menyampaikan sepatah katapun layaknya seorang dai dalam memberikan ceramah bagiku hadir dekat dengan mereka sudah merupakan nasehat bagi diri seolah mendulang air bagi amal kebaikan malu rasanya bila bersanding dengan mereka, konon hidup mereka miskin tapi tidak harus mengeluh, karena mengeluh sejatinya sudah dihapus dalam kamus, bukankah mengeluh hanya akan membuat kita jauh dari rasa syukur, kekurangan .harta bukan alasan bagi kita untuk malas beribadah, sebab banyak diantara orang-orang terdahulu dengan kondisi yang sama namun ibadahnya tidak kendor inilah sekelumit pembelajaran berharga dari seorang pedagang gerobak dorong kue cubit keliling saat sama-sama berteduh dari derasnya hujan ( Kamis, 26 September 2024) di Masjid Al-Muawanah Jalan Dharma Wanita V Rawa Buaya Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat dia adalah bernama Agus pria kelahiran Brebes 60 tahun yang lalu tinggal di Sumedang dengan 5 anak, dari 5 anak tersebut yang sudah menikah 3 artinya pak Agus hanya tinggal membiayai 2 anak yang masih sekolah, karena beban hidup di Jakarta yang luar biasa akhirnya saya memberanikan diri untuk bertanya soal pendapatan dari hasil penjualan kue cubit memangnya berapa penghasilan dari jualan kue cubit hingga bisa membiayai dua dapur di Jakarta dan Sumedang sambil tersenyum malu pak Agus menyampaikan dalam sehari bisa sampai 300 ribu tetapi itu penghasilan kotor karena belum dipotong untuk beli bahan persiapan besok hari karena proses pembuatan kue cubit dari bahan dsb saya kerjakan sendiri kalau bersihnya hanya sekitar 150.000 yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, bayar kontrakan perbulan 400 ribu, dan mengumpulkan untuk mengirimkan ke kampung halaman
Tetapi yang paling t menakjubkan bagi saya adalah rupanya pak Agus dalam jualan keliling memiliki kebiasaan selalu menjadikan Masjid sebagai tempat istirahat atau mangkal sekalian jika masuk waktu sholat untuk melaksanakan sholat berjamaah menurutnya terasa sejuk hatinya jika istirahat di masjid sekaligus sebagai pengingat untuk tidak lupa menunaikan kewajiban sebagai hamba Allah rizki bisa dicari tetapi ibadah tidak boleh ditinggalkan mendengar pernyataan ini rasanya menampar kesadaran saya betapa masih banyak orang diluaran sana yang hidupnya berkecukupan tetapi belum tentu berpikir sebagaimana yang bapak Agus pikirkan ini memberikan sebuah kesadaran betapa pembelajaran baik itu tidak melulu harus datang dari orang terkenal, publik figure, atau pejabat tetapi juga malah muncul dari seorang yang kita anggap biasa saja sebagaimana pembelajaran yang bisa dipetik dari bapak Agus seorang penjual kue cubit indahnya melihat kesadaran bapak Agus begitu banting tulang untuk menghidupi anak-anaknya rela berkeliling menjajakan kue cubit ,masih menyempatkan waktu tuk bersujud di tengah hiruk pikuk kota Jakarta , sedikit tapi berkah begitu yang beliau inginkan seperti itulah romantika kehidupan yang dialami bapak Agus terkadang harus meminta semua darinya tenaga, pikiran agar tetap berjalan tanpa merasa menelusuri jalan lingkungan di Kelurahan Rawa Buaya tidak jarang harus melewati cuaca panas bahkan terkadang hujan belum lagi kotoran debu dari kendaraan yang lalu lalang namun semua itu tetap dilalui dengan setia mendorong gerobaknya sambil sesekali berteriak menawarkan kue cubit
Kakek dari 6 cucu ini menyadari untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di Jakarta dan di Sumedang terkadang harus menyedot semua tenaga pegalnya kaki berjalan, dan tangan untuk mendorong tetap semangat untuk berkeliling kurang heroik apa yang dilakukan bapak Agus di saat banyak anak-anak muda yang rela waktunya dihabiskan untuk sekedar nongkrong yang kurang memberikan bagi kehidupan sejatinya kita harus banyak belajar dari kisah heroiknya seorang penjual kue cubit keliling yang hanya lulus SMP tetapi mampu memberikan pembelajaran berharga yakni kerja keras bapak Agus mendorong gerobak kue cubit saat usia yang sudah tidak muda lagi (60) tahun jelas terdapat keterbatasan kekuatan fisik tetapi kakek enam cucu ini memiliki semangat bertahan hidup di Jakarta dengan tetap berjualan kue cubit semata-mata demi istri, dua anak yang masih membutuhkan biaya serta keenam cucunya yang tinggal dikampung halaman Sumedang
Kesimpulan
Setiap manusia pasti mendambakan kesuksesan dalam hidup didunia dan akhirat, sebagaimana tergambar dalam setiap doa kita "Rabbana atina fiddun 'ya hasanah wa fil akhirati hasanah waqina aza bannar". Bahkan seorang Muslim seharusnya menjadikan nikmat dunia yang diberikan Allah sebagai alat dan kendaraan meraih akhirat, menjadikan harta . dan kenikmatan dunia lainnya sebagai sarana memperoleh pahala dari Allah, dan tidak mengorbakan usianya dengan meninggalkan amal shalih dan mengejar dunia. apa yang dilakukan oleh bapak Agus seorang penjual kue cubit keliling dengan menjadikan Masjid sebagai tempat istirahat semata-mata untuk melaksanakan sholat di awal waktu merupakan nasihat bagi kita.
Sabtu, 28 September 2024
Kreator : Inay Thea