Senantiasa Selalu Mengaudit Diri Untuk Melakukan Perubahan Kearah yang Lebih Baik
Memang kehidupan kita di dunia ini seperti melewati sebuah perjalanan panjang yang tidak lurus-lurus saja banyak belokan tajam curam , terkadang naik, turun, licin, jalanan penuh kerikil tajam yang siap melukai kaki namun kita harus tetap melalui jalan itu dengan segala dinamika dan tantangan kita tidak boleh terlena jika ingin selamat itulah perjalanan masa lalu yang dijadikan sebagai sebuah pengalaman berharga, pengalaman masa kini sebagai sebuah kenyataan yang harus dihadapi sedangkan masa depan adalah sebuah harapan karenanya kita sangat membutuhkan rambu-rambu agar kita senantiasa lancar dan selamat sampai ke tujuan dan sesungguhnya ketakwaan lah rambu-rambu yang mampu memandu kita berada pada posisi jalan yang benar sebagai bekal yang baik dalam setiap perjalanan
Namun dalam meniti perjalanan tidak ada manusia yang sempurna dalam menjalani perjalanan kehidupan yang penuh dengan dinamika seringkali kita dihadapkan pada persoalan cukup menyakitkan, menegangkan, menjerumuskan, dan bahkan menghinakan maka disitulah kita harus sejenak untuk istirahat merenungkan kembali mengumpulkan tenaga, pikiran guna melanjutkan fase perjalanan berikutnya itulah ritme dalam kehidupan di dunia, kita mesti harus mengalokasikan waktu untuk melakukan audit diri dengan melakukan kontemplasi yang dalam bahasa Arab lebih dikenal dengan istilah muhasabah agar ada perbaikan-perbaikan sehingga kita tidak akan terjerumus untuk kedua kali begitu kira-kira dalam bahasa kekinian seringkali dipesankan untuk tidak terjerembab kedua kalinya maka instopeksi mutlak harus dilakukan bahkan Sayyidina Umar bin Khattab bertutur tentang pentingnya muhasabah
"Hisablah diri (introspeksi) kalian sebelum kalian dihisab, dan berhias dirilah kalian untuk menghadapi penyingkapan yang besar (hisab). Sesungguhnya hisab pada hari kiamat akan menjadi ringan hanya bagi orang yang selalu menghisab dirinya saat hidup di dunia."
Pesan Umar bin Khattab adalah betapa pentingnya bagi manusia untuk selalu mengaudit diri dengan harapan selalu ada perbaikan karena pentingnya refleksi diri sehingga digolongkan sebagai orang yang cerdas (sukses) yang senantiasa mengaudit diri untuk memupuk amal kebaikan sebagai bekal setelah kematian menjemputnya, namun sebaliknya orang yang lemah adalah orang yang selalu mengikuti hawa nafsu yang selalu mengajak melakukan hal-hal yang dilarang dalam Agama. Berangkat dari sini maka yang terbaik bagi manusia adalah selalu mengaudit dirinya dengan harapan ada perubahan kearah yang lebih baik dengan selalu memperhatiakan investasi kebaikan apa yang sudah dilakukan untuk bekal nanti bukankah Tuhan telah mengingatkan pentingnya melakukan instopeksi diri dengan melihat amal apa yang telah dilakukan untuk bekal nanti di akhirat pentingnya melakukan introspeksi diri dengan melihat apa yang telah kita lakukan pada masa lalu untuk mengahadapi masa depan. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an surat Al-Hasyr ayat 18:
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
Dari perintah Allah dan Rasul serta nasihat dari para sahabat, kita bisa mengambil beberapa point-point penting tentang manfaat selalu melakukan audit terhadap diri, setidaknya ada 5 manfaat yang bisa kita rasakan dari upaya melakukan 'charging' (mengecas) semangat hidup melalui introspeksi diri ini.
Pertama, Sebagai wahana mengoreksi diri.
Dengan introspeksi diri, kita akan mampu melihat kembali perjalanan hidup sekaligus mengoreksi manakah yang paling dominan dari perjalanan selama ini apakah jumputan amal kebaikan atau sebaliknya justru perbuatan keburukan, apakah memberikan manfaat untuk diri atau berakibat buruk pada diri atau apakah semakin mendekat atau malah menjauh dari Allah SWT dan yang harus kita sadarai adalah bahwa apa yang telah kita investasikan dalam kehidupan didunia ini kelak akan dipertanggung jawabkan disisi Allah SWT . Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur'an:
"Pada hari ini Kami tutup mulut mereka dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan" (Q.S. Yasin: 65)
Kedua, Upaya memperbaiki diri.
Dengan introspeksi diri, kita akan memiliki kemampuan untuk melihat kelebihan dan kekurangan pada diri yang kemudian harus ada perbaikan dimasa yang akan datang . Dengan memperbaiki diri, maka kualitas kehidupan yang dijalaninya enantiasa akan lebih baik begitu juga waktu yang dilalui akan selalu berada dalam titik ketha'atan yang selalu dihiasi dengan amal kebaikan yang manfaatnya dirasakan tidak hanya untuk diri tetapi juga dirasakan oleh orang lain orang lain.