Makna Islami terbagi menjadi dua, yaitu Islami secara simbolik dan Islami secara substantif. Simbolik di sini artinya adalah hanyalah sekedar simbol atau tanda saja tidak lebih dan tidak memiliki effek apapun , sedangkan makna dari substansi adalah esensi, atau inti dari suatu hal ikhwal itu sendiri yang bisa terlihat dalam implementasi pada rekam jejak keseharian.
Antara Islam Simbolik VS Islam Substantif
Simbolik adalah segala hal yang saling berhubungan dengan pembentukan makna dari suatu benda atau lambang atau simbol, baik benda mati, maupun benda hidup, melalui proses komunikasi baik sebagai pesan langsung maupun perilaku tidak langsung, dan tujuan akhirnya adalah memaknai lambang atau menandakan sesuatu agar gampang untuk diingat.
Tetapi terhenti pada simbolik saja tidak akan memiliki effek apapun karena hanya sebagai penanda saja tidak memiiki nilai apapun terlebih jika dihubungkan dengan kesadaran menjalankan ajaran agama dimana Islam misalkan banyak ritual yang harus dilakukan tetapi bukan berarti disebut sebagai agama simbolik meski ini sering digunakan menjadi symbol sebagai identitas oleh pihak-pihak yang ingin dikenal di ranah publik seperti akrobatik yang biasa dilakukan oleh para politisi.
Para artis semata mata didorong hanya untuk menaikan citra diri untuk bisa mengaduk-aduk perasaan emosi publik hanya dengan menunjukkan sebagai seorang yang terlihat tampilan lebih religius dengan menempatkan dirinya sebagai figur yang beriman, figur sebagai seorang yang sholeh, sebagai orang yang baik, menunjukkan kedewasaan ruhani yang semakin meninggi sehingga pada akhirnya dianggap sebagai figur yang baik dimata publik
Tampilan Islam secara simbolik adalah Islam yang dapat ditemukan dengan sangat mudah apa yang nampak dilayar kaca televisi ketika bulan Ramadhan tiba kalau kita perhatikan kostum yang sering digunakan oleh para artis misalkan saat membawakan acara menjelang bulan Ramadhan maka ia harus tampil sebagai sosok dengan penampilan yang sangat religius dengan menggunakan kostum busana koko, surban melilit dileher dan peci yang selalu terpasang dikepalanya untuk melengkapi sebagai seorang muslim, begitu juga seorang artis wanita saat membawakan salah satu acara Ramadhan disalah satu statsiun televisi tentu dengan menggunakan busana muslimah dengan baju panjang, berhijab layaknya seorang muslimah yang sholihah.
Lalu kita mencoba membandingkan kostum yang digunakan antara before dan after bulan Ramadhan tentu seringnya ditemukan ada perbedaan saat di bulan Ramadhan dan diluar Ramadhan lalu salahkah apa yang mereka lakukan ?
Tentu saja bukan soal salah dan benar tetapi ingin menunjukkan bahwa islam sebagai simbolik sangat mudah membacanya dengan hanya melihat kostum saat menjadi muslim atau muslimah di bulan puasa dan muslim muslimah non puasa biasanya ada perbedaan yang sangat mencolok perbedaannya untuk seorang artis menjadi muslim puasa maka ia harus menjelma menjadi seorang dengan tampilan yang mencirikan sebagai seseorang yang memiliki kesadaran sebagai seorang muslim, namun ada yang paling mengerikan jika Islam simbolik bisa hadir pada perilaku ormas-ormas yang mengatas namakan Islam namun seringkali mudah untuk memukul saudaranya sendiri sambil meneriakan takbir tetapi sayang kalimat takbir hanya untuk menutupi keberingasannya dalam melawan saudaranya sesama muslim.
Begitu juga saat musim pemilu kita akan lebih banyak menemukan kesadaran Islam simbolik saat musim pemilu semua para kandidat, para caleg akan berlomba-lomba menanamkan kesadaran beragama dengan penampilan yang lebih religius untuk menarik simpati publik, dan celakanya masyarakat Indonesia kelemahannya gampang tersihir, trenyuh, sedih saat melihat figur dengan tampilan polesan kesalehan yang diperlihatkan kepada publik sebagai salah satu bentuk pencitraan sebagaimana yang sering dipertontonkan terhadap khalayak padahal ada pesan terselubung dari penampilan religius tersebut adalah semata-mata untuk mendulang suara pemilih belaka