Bingkisan Lebaran Zaman Baheula dan Zaman Kiwari Jelas Berbeda
Jika bicara soal bingkisan pikiran saya selalu menerawang saat saya masih kecil hidup di kampung halaman teringat tadisi lama zaman baheula untuk soal bingkisan atau adiah sangat sederhana sekali tidak bikin ribet, tidak perlu dihias, tidak terlalu pusing jika mau lebarantiba terutama menjelang waktu sore hari setelah Ashar ada suatu kebiasaan baik yang perlu dilestarikan di kampung halaman para orang tua biasanya saling memberikan makanan baik antar tetangga, , saudara muda ke sadudara yang lebih tua apakah kakek, bibi, paman , dan uwa terasa sekali suasana kesederhanaannya karena bingkisan yang diberikan tidak memerlukan kemasan yang aneh-aneh dibuat semenarik mungkin karena zaman behula mana ada orang yang memperhatikan soal bentuk wadah yang dikemas semenarik mungkin karena bingkisan yang akan dikirimkan hanya cukup tempat semacam panci yang sedang lalu didalamnya diisi dengan aneka makanan khas lebaran nasi, daging kerbau, dagig ayam, aneka ikan,
ada aneka makanan khas lebaran ada nasi, daging, ikan, sayuran matang, lontong, telor, dan kue-kue lalu pancinya yang sudah terisi dibungkus oleh kain kemudian biasanya anak-anaknya yang disuruh menghantarkan kepada saudara tua dari ibu atau ayah sehingga dengan cara seperti ini sangat mengeratkan hubungan mesra antara saudara nah begitu juga pulangnya tempat tersebut tidak akan kosong tetapi akan diisi kembali saling memberi ini mengingatkan saya akan firman Allah SWT "Dan apabila kamu dihormati dengan suatu (salam) penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (penghormatan itu, yang sepadan) dengannya. Sungguh, Allah memperhitungkan segala sesuatu." (Q.S. An-Nisa' : 86)" rupanya orang tua kita zaman beheula sedang mempraktekan anjuran Allah SWT sebagaimana tersebut dalam QS Annisa 86
Kebiasaan saling memberi dikampung berjalan cukup lama entah zaman sekarang apakah kebiasaan tersebut masih terjaga atau sudah luntur tergerus oleh zaman yang serba instan yang pasti sudah banyak perubahan tidak akan ada lagi pemandangan disore hari saat anak-anak kecil menggendong panci berisi makanan untuk dihantarkan kepada saudara tua
Budaya bingkisannya tetap berjalan tetapi dengan kemasan yang berbeda tidak lagi berupa makanan matang lauk pauk dsb bicara bingkisan lebaran yang terbayang bukan saudara tua tetapi pikiran kita akan menerawang terhadap para bos atau pimpinan perusahaan, perkantoran, lembaga, atau yayasan untuk memberikan hadiah kepada bawahannya selain sebagai bentuk perhatian terhadap karyawan juga sebagai salah satu untuk menjaga hubungan baik antara bos dan karyawannya karena bangsa kita tidak melihat jenis apa saja yang diberikan tetapi lebih terhadap perhatiannya mengingat manusia pada dasarnya senang jika diberi seolah mendapatkan perhatian khusus nah begitu juga bagi pelaku usaha air isi ulang gallon di salah satu perumahan dimana saya tinggal pada setiap lebaran selalu memberikan bingkisan kepada para pelanggannya sebagai bentuk apresiasi menjadi konsumen tetap yang sudah lama menjadi pelanggannya inilah pentingnya mengembangkan sikap saling menghargai antara penjual dan pelanggan dapat dilihat dari eratnya tali silaturahmi yang terjalin selama ini nah salah satu bentuk perhatiannya adalah dengan cara memberikan give sebagai wujud dari bentuk penghargaan terhadap pelanggan ini akan menjadi penilaian tersendiri bagi konsumen sehingga akan menjadi pelayan loyal karena jalinan hubungan yang dibangun tidak lagi sebagai penjual dan pembeli ansich tetapi lebih dari itu sebagi kawan yang bisa saling melengkapi (Need each other)
Lalu apa bentuk bingkisannya ? kalau zaman baheula bingkisan berupa makanan yang sudah matang sebagai khas masakan lebaran namun kini semua sudah berubah dan cenderung praktis bingkisan cukup menggunakan paper bag sebagai bungkus bingkisan atau dengan menggunakan kotak kardus didalamnya sudah diisi dengan minyak goreng, gula pasir, sirop, terigu, beras 5 Kg, kopi kapal api, 1 kaleng kue kering, kecap botol, indomie, selain itu ada juga bingkisan kain sarung, peci, mukena untuk wanita, jilbab, baju koko untuk laki-kali semua barang tersebut sudah tersedia di pasar-pasar dan toko yang sudah dalam kemasan menarik tingal membeli jadi sekarang pilihannya ada dikita apakah mau langsung membeli bingkisanyang sudah jadi ditoko tinggal pilih banyak para pedagang yang berjejer dipasar-pasar menjajakan berbagai bingkisan atau mau membeli bahannya lalu dikemas sndiri dirumah dengan rapisebagai hasil kreasi sendiri terlebih jika sudah liburan banyak waktu luang untuk membuat bingkisan yang pasti akan lebih menghemat biaya yang dikeluarkan tetapi semuanya berpulang kepada masing-masing terpenting adalah mau atau tidak untuk memberikan bingkisan terhadap orang yang membutuhkan dari mereka yang dianggap duafa, lansia, anak yatim piatu, difabel, gelandangan, pengemis, atau penghuni panti asuhan dan panti jompo, serta pekerja penyapu jalanan , menjadi sasaran pemberian bingkisan Lebaran.