Lihat ke Halaman Asli

Inayat

Freelancer Konsultan Pemberdayaan Masyarakat

Ada Apa dengan PPP Partai Berlambang Ka'bah Harus Menelan Pil Pahit Gagal Lolos ke Senayan

Diperbarui: 22 Maret 2024   09:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. FITNewsr


  Ada Apa Dengan PPP Partai Berlambang Ka'bah Harus Menelan Pil Pahit Gagal Lolos ke Senayan

Hasil Pemilu 2024 8 Parpol Lolos ke DPR sedangkan PPP hampir bisa dipatsikan Gagal Melenggang ke Senayan Tpadahl PPP sebagaimana kita ketahui adalah tergolong partai yang punya segudang pengalaman pinjam istilah kekinian sudah sangat senior  di dunia perpolitikan Indonesia, namun rupanya di pemilu tahun 2024 ini  tak membuat Partai Persatuan Pembangunan (PPP) mudah melenggang ke Senayan kegagalan tak lolos ke senayan.

Tentu sangat mengejutkan semua pihak karena PPP termasuk partai tua dengan segala sepak terjangnya didunia pepolitikan gagalnya ke senayan lebih disebabkan berdasarkan hasil perolehan suara sah partai di Pemilu 2024 partai berlambang Ka'bah ini tidak memenuhi ambang batas parlemen atau parliamentary threshold (PT) sebesar 4 persen perolehan suaranya dimana raihan suara PPP secara nasional yakni 5.878.777 atau 3,87 persen dari 84 daerah pemilihan (Dapil). Sedangkan berdasarkan pasal 414 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu disebutkan bahwa syarat partai politik lolos parlemen adalah memenuhi ambang batas parlemen yakni minimal 4 persen suara nasional.

Dok. Tirto.Id

Lebih mencenagngkan lagi tak  lolosnya PPP melenggang ke Senayan ini  adalah kegagalan pertama yang cukup penyakitkan bayangkan sejak kurun waktu 50 tahun terakhir baru di tahun 2024 ini mengalami kegagalan.

Rasanya sulit membayangkan  bagaimana mungkin sekelas partai PPP berlambang ka'bah bisa disebut partai besar yang keberadaannya seharusnya sudah mengakar dimasyarakat terpaksa harus menyingkir dari hiruk pukuk politik 5 tahun kedepan.

Kegagalan ini hendaknya menjadi  tamparan keras bagi DPP PPP khususnya dijadikan  sebagai pembelajaran berharga agar bisa berbenah kedalam karena sebagaimana kita ketahui PPP tidak lepas dari rentetan  badai angin konflik menerpa di internal, ditandai dengan seringkali keputusan elite bersebrangan dengan kemauan tingkat grass root dampaknya terhadap perolehan suaranya tidak terlalu signifikan jika kondisi ini dibiarkan berlarut larut tidak mustahil PPP lama lama akan tenggelam karam oleh karena itu ada baiknya semua legowo untuk saling intospeksi demi nama baik PPP kedepan mengembalikan marwah wajah PPP di mata rakyat.

Dok. Portal JTV

Mari sejenak kita menoleh kebelakang sejarah mencatat saat di tengah suasana konflik yang sedang berkecamuk belum juga  reda  dilalahnya ketua umum Suryadharma Ali tersandung korupsi yang kemudian  SDA divonis bersalah oleh Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta Pusat atas kejadian ini rupanya muncul kepermukaan debut nama generasi muda  adalah Romahurmuziy seolah berada di atas angin sebagai penyelamat PPP  namun ternyata tidak juga karena konflik jilid dua kembali mewarnai   antara Djan Faridz vs Romahurmuziy.

Skibatnya terjadi dualisme kepemimpinan dimana  Djan Faridz kemudian mendeklarasikan diri sebagai Ketua Umum PPP hal ini diklaim  sesuai dengan hasil Muktamar PPP di Jakarta dilain pihak  Romahurmuziy tidak mau kalah mengklaim sebagai Ketua Umum versi Muktamar Surabaya dua-duanya merasa berada pada posisi paling sah sebagai ketua umum

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline