Rindangnya Pohon Halte RSJSH Grogol Jakarta Barat Menjadi Saksi Bisu
Bila anda kerap berhenti di halte Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Haerdian (RSJSH) Jelambar Grogol Petamburan Kota Jakarta Barat, tentu saja mata kita dihadapkan dengan pemandangan hilir mudik manusia yang baru turun dari statsiun kereta api Grogol tumplek menambah ramainya suasana dengan berbagai aktifitas di Ibu Kota Jakarta.
Tidak jarang mereka bergeser kearah halte didepan RSJSH yang lokasinya tidak jauh dari statsiun kereta api di bawah pohon yang rindang menambah suasana sejuk sekedar menghindar dari sengatan matahari yang panas terik mewarnai suasana ibu kota Jakarta.
Tiba-tiba mata saya tertuju pada sekelompok para ojol dan ojeg pangkalan (opang) sambil istirahat di trotoar ditemani secangkir kopi dan sebatang rokok menambah suasana keakraban diantara mereka rasanya kagum melihat mereka duduk melingkar penuh suasana kekeluargaan saring bercengkrama layaknya sedang melakukan diskusi kelopok atau diskusi focus group diskusi (FGD).
Suaranya terdengar meskipun rada samar namun telinga saya bisa menangkap apa yang mereka bicarakan tidak jauh dari persoalan kehidupan yang dihadapi masing-masing.
Mereka pastinya paham betul persoalan kemiskinan karena itulah yang kini mereka rasakan, mengalami langsung, tentu saja mereka lebih mengenal masalah d, potensi dan sekaligus solusi untuk keluar dari jerat kemiskinan yang semakin menggurita.
Rasanya saya malah lebih suka mendengar ocehan mereka karena yang disampaikan rill fakta lapangan dan tidak durekayasa daripada kaum berdasi yang hanya pandai bicara namun do not understand the poverty that squeezes the people.
Namun saat sedang asik nguping obrolan sekelompok ojol dan opang pandangan saya tiba-tiba berpindah karena dikejutkan pemandangan yang lebih mengagumkan saya saat sesosok orang tua mengenakan lengan panjang sambil di tangannya menenteng beberapa botol air mineral sedang hilir mudik sambil mengembangkan senyuman manjanya menawarkan air botol mineral dari angkot ke angkot saat lampu merah pertanda kereta akan lewat dan pintu palang ditutup.
Nah moment itulah ia gunakan untuk menawarkan minuman terhadap mobil yang sedang berhenti. Ada rasa kagum dalam hati saat usia sudah tidak muda lagi masih memilki daya juang mengumpulkan pundi-pundi rupiah bahkan rela berpanas panasan hanya untuk menghidupi istri, anak, dan cucunya.
Kakek itu bernama Timan (69). Ia sudah bertahun tahun menjadi pedagang asongan air botol mineral yang dia simpan di pojok halte RSJSH. Jika lampu hijau menyala maka dia kembali duduk di halte. Saat itulah saya memberanikan diri untuk bertanya. Tidak lupa tentu sambil membeli sebotol minuman.