Rasa Kemanusiaan lebih didahulukan dari pada Keber-agamaan
Kita tidak pernah tahu bagaimana akhir hidup, dan kita tidak tahu apakah termasuk orang baik atau tidak, terpenting adalah berproses terus menorehkan nilai-nilai kebaikan untuk kemasalahatan diri, orang lain, dan lingkungan sebagaimana yang dianjurkan dalam pesan agama bahwa kesalehan itu tidak terbatas memupuk kesalehan individu tetapi harus menyeimbangkan dengan kesalehan sososial dan jangan sampai terjerembab pada pelaksanaan ibadah sangat rajin tapi masih ada saudaranya yang tersakiti hatinya oleh sebab perilaku kita yang tak terkontrol sehingga menimbulkan rasa sakit yang mendalam inilah salah satu keunggulan Islam dalam menjalankan kehidupan sosialnya selalu mengedepankan insaniyah atau kemanusiaan sebagai salah satu kekhasan agama yang mendahulukan rasa kemanusiaan daripada keber-agamaan
Untuk lebh menambah keyakinan ada baiknya mengutip yang disampaikan seorang pakar tafsir Prof. Quraish Syihab memberikan contoh sangat menyentuh rasa kemanusiaan kita bahwa jika anda memiliki sebotol air untuk berwudhu, kemudian anda melihat seekor anjing yang sedang kehausan apa yang akan anda lakukan?
Apakah akan tetap berwudhu atau memberikan air tersebut kepada anjing yang kehausan? Sebuah perntanyaan yang menggelitik tapi sangat mengusik rasa kemanusiaan kita sebagai ummat beragama akankah kita akan terus menyempurnakan wudhu atau membiarkan anjing kehauasan dan mati tentu saja yang harus dilakukan adalah memberikan air tersebut kepada anjing yang kehausan itu karena tertanam rasa kemanusiaan mendahului keber-agamaan, contoh lainnya jika anda tergesa-gesa untuk pergi sholat berjamaah di masjid namun ditengah perjalanan mendapati orang yang sangat membutuhkan pertolongann kita tentu kita harus mendahulukan membantu orang tua yang sedang kepayahan dalam perjalalanan tetap saja membuktikan rasa kemanusiaan didahulukan dari rasa keberagamaan
Apa yang di alami seorang sahabat Sayyidina Ali bin Abu Thalib yang hampir terlambat mengikuti shalat Subuh berjamaah bersama Rasulullah SAW dengan berjalan cepat menuju masjid untuk mengejar shalat Subuh berjamaah, namun sayang dalam perjalanan terhambat karena bertemu seorang lansia yang berjalan terbungkuk begitu lambat, karena menghormati orang tua yang ada didepannya tidak ingin mendahuluinya karena itu merupakan akhlak/adab maka Sayyidina Ali menjaga tata kramanya terhadap lansia dengan berjalan perlahan di belakangnya dan waktu terus berjalan namun Sayyidina Ali ra begitu terkejut saat lansia itu tidak berbelok ke masjid, ia terus berjalan melewati pintu masjid.
Di situ Sayyidina Ali ra tahu bahwa lansia tersebut ternyata non muslim apakah Sayyidina Ali menyesal atas tindakannya ? Tentu saja tidak sama sekali karena Sayyidina Ali sedang mempraktekkan pesan mulia ajaran Islam dan pada akhirnya atas perbuatannya Allah SWT memerintahkan Jibril datang dan meletakkan sayapnya di atas punggungku saat rukuk dan selesai membaca wirid sebagaimana biasa, subhna rabbiyal azhm, aku ingin bangun. Jibril datang dan meletakkan sayapnya di atas punggungku. Ketika ia mengangkat sayapnya dari punggungku, baru aku bangun," kata Rasulullah SAW "Mengapa demikian wahai Rasulullah?" tanya sahabat. "Aku pun tidak bertanya kepada Jibril," kata Rasulullah SAW. Jibril as datang dan menceritakan kepada Nabi Muhammad saw bahwa Sayyidina Ali ra setengah berlari mengejar shalat berjamaah tapi ditengah jalan ia terhambat oleh seorang lansia yang juga sedang berjalan.
Kisah ini semakin mempertegas betapa rasa kemanusiaan memiliki posisi utama yang harus mendapatkan perhatian daripada keber-agamaan dan salah satu ciri agama adalah rasa kemanusiaan selalu didahulukan dengan kata lain mengutamakan kemanusiaan adalah fitrah dan kesadaran ini perlu dimiliki oleh individu yang mengaku beragama jangan sampai mengaku beragama tetapi tidak mendahulukan rasa kemanusiaan Al-Insaniyyah qobla al-Tadayyun (kemanusiaan mendahului keberagamaan) mengajarkan betapa rasa kemanusiaan lebih diutamakan dan jika agama dimaknai sebagai noun (benda maka) maka 'keber-agamaan' merupakan cara manusia berinteraksi, bergaul, saling menghargai, saling memahami, saling menghormati, dan yang tidak kalah pentingnya bagaimana mengimplementasikan pesan mulianya dalam kehidupan sosial. Wallahu A'lamu
Cileungsi-Kabupaten Bogor-Jawa Barat
Kreator Kompasiana : Inay Thea