Lihat ke Halaman Asli

Inayat

Freelancer Konsultan Pemberdayaan Masyarakat

Anak Mengemis Sang Ibu duduk Santai Minum Es "Kasus Alun-Alun Kota Kuningan"

Diperbarui: 17 Maret 2023   07:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Tribunjateng.com

Anak Mengemis Sang Ibu Duduk Santai Minum Es

"Kasus Alun-Alun Kota Kuningan"

Sepintas  membaca  berita viral di media social  atas kasus seorang Ibu yang sedang duduk santai di warung sekitar  alun-alun Kota Kuningan Jawa Barat  sambil menikmati minuman es sementara anaknya sedang mengemis di jalan menunggu uluran tangan dari orang yang lewat maupun kendaraan yang melintas  tentu saja banyak orang yang mencurigai bahwa seorang ibu yang duduk berlama-lama adalah ibu dari seorang anak yang sedang mengemis, dan apa jadinya jika seorang ibu yang memaksa anaknya mengemis tentu  ini tiindakan yang kurang baik, karena  anak yang seharusnya mengenyam pendidikan malah justru dipaksa untuk mencari uang dengan cara mengemais tidak kah seharusnya ini menjadi tamparan bagi kita semua terutama pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan diwilayahnya  harus disadari bersama kehidupan semakin sulit seolah tidak cara lain bagi seorang Ibu kecuali harus memaksa anaknya yang yatim turun kejalan dengan meminta-minta belas kasihan orang

Pemandangan seperti ini bukan hal baru banyak terjadi di Kota-Kota besar termasuk Jakarta hanya kebetulan kejadian di alun-alun Kuningan  terekam dalam video berdurasi sekitar 2 menit dari unggahan akun tersebut terlihat sang ibu yang sedang asyik menikmati es dan makanan kecil lainnya   dihampiri beberapa  orang pria sambil menanyakan dengan santun  "Ini ibu yang suruh anaknya minta-minta kah ?," ucap salah seorang pria yang menghampiri ibu dan sang ibu menjawab dengan santainya ya itu anak saya sedang meminta-minta  terpaksa kami lakukan hanya untuk menutupi kebutuhan hidup karena ayah dari anak kami sudah tidak ada, tapi kan tidak boleh ibu memaksa anak untuk menegmis  "Ininih ibu-ibu nih, viralkan viralkan!," ucap salah seorang pria yang menghampirinya , dan si Ibu tak terima dirinya direkam, sang ibu marah dan menunjuk-nunjuk pria yang merekamnya, namun, sang pria tetap merekam karena memaksa anak mengemis adalah perbuatan salah dan sangat keji pada akhirnya kejadian ini menjadi  viral dikonsumsi para netizen yang tentu saja sangat geram dengan tindakan Ibu  saat anak pada posisi usia untuk belajar dan bermain bukan untuk mencari uang terlebih ibu dengan santainya duduk sambil menikmati minuman segar es sementara anak sedang berjibaku mengemis terhadap  para pengunjung alun-alun Kota Kuningan  sambil ditemani peluh karena  terik panas matahari

Melihat kasus ini dilematis satu sisi sang ibu sangat membutuhkan ekonomi untuk mempertahankan hidupnya disisi lain ekpolitasi anak dibawah umu sangat tidak dibenarkan dan termasuk pelanggaran hukum sesuai Pasal 76 I Undang-Undang 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, setiap orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, bahkan turut serta melakukan eksploitasi secara ekonomi dan atau seksual terhadap Anak.19 Mar 2021 bagaimana Negara hadir untuk menjawab fenomena maraknya pengemis dalam kehidupan dimasyarakat tentu saja mereka masuk katagori miskin dan  tidak memiliki keterampilan pada akhirnya terjerumus pada tindakan mengemis, dan ini  merupakan suatu fenomena sosial yang harus ditanggapi dengan serius bukan semata-mata mutlak dijadikan sebagai terpidana bahkan menjadi sampah masyarakat tanpa ada gerakan nyata  yang lebih  effektif, dan berpihak  dalam menanggulangi  kemiskinan jika tidak segera ditangani  tinggal menunggu waktu terjadinya keresahan social  secara massif

Mengapa mereka lebih memilih mengemis tinimbang bekerja?  Beberapa faktor yang menyebabkan masyakat lebih nyaman menjadi pengemis 1) Tidak mampu bekerja; 2) Tidak punya modal usaha; 3) Tidak punya keterampilan kerja; 4) Tidak punya pilihan lain; dan 5) lebih suka menjadi gepeng. 6) rendahnya pendidikan dan keterampilan, 7) sikap mental , kemiskinan, keluarga, cacat fisik umur, ini yang bersifat internal lalu ada yang bersifat eksternal lingkungan, letak geografis dan lemahnya penanganan gelandangan dan pengemis, Kebijakan yang kurang berpihak. Semua berpulang pada kemauan, dan kekuatan Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan pelayanan publik banyak dijumpai kekurangan sehingga jika dilihat dari segi kualitas masih jauh dari yang diharapkan namun harus tetap optimis dalam memberikan pelayanan untuk perubahan kehidupan warganya. Wallahu A'lamu

Kreator: Inay Tinggal di Cileungsi-Kab. Bogor Jawa Barat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline