Menangis
Karena Nasihat Bocah Ingusan
Sebuah peribahasa lama yang cukup dikenal " bagaikan padi,semakin masak semakin merunduk. Makna dari ungkapan ini adalah manusia tidak layak untuk bersikap angkuh atau sombong karena kemampuan yang dimilikinya bahkan seharusnya semakin banyak ilmu pengetahuan makan akan semakin terlihat meruduk seolah mengesankan tidak mengerti apa-apa karena semakin merendahkan dirinya dengan menampakan sikap yang selalu merunduk bahkan semakin merasa banyak kekuarangan karena itu selalu menunggu nasihat untuk memperbaiki dirinya sebagaiamana peribahasa diatas tentang ilmu padi semaki berisi semakin daunnya meruduk ketanah amsal ini tepat jika dialamatkan kepada Imam Abu Hanifah nama asli beliau an-Nu'man bin Tsabit bin Zuwatha. dalam riwayat yang lain disebut an-Nu'man bin Tsabit bin al-Marzaban.1 Imam Abu Hanifah lahir di Kufah -salah satu kota besar di Irak- pada tahun 80 H/ 659 M, dan meninggal dunia di Baghdad pada tahun 150 H/ 767 M.
Sebuah fakta yang tak pernah luput dicatat dalam sejarah sebuah pengakuan bahwa Imam Abu Hanifah adalah akar pangkal transmisi keilmuan hukum Islam (fiqih) pengakuan itu salah satunya datang dari Imam Muhammad bin Idris as-Syafi'i termasuk orang pertama yang mengakui ini, dan hingga sekarang pandangan beliau terhadap penguasaan ilmu pengetahuan yang dimiliki Imam Abi Hanifah sebagaimana dalam karyanya Tarikh al-Madzahib al-Islamiyah ia menuliskan "Suatu ketika, as-Syafi'i pernah memuji Abu Hanifah. Ia berkata, 'Transmisi keilmuan umat Islam dalam bidang fiqih berinduk kepada Abu Hanifah'." Ini menjadi bukti bahwa pendiri mazhab Hanafi yang dikenal sebagai pimpinan kaum rasionalis (ahlu ar-ro'yi) itu bukan orang sembarangan. Ia tentu lahir dari keluarga yang tidak biasa di hadapan Allah, dan pasti pernah mengukir jejak perjuangan yang luar biasa sehingga, Allah SWT terangi keluarganya sepanjang masa, mengabadikannya dalam sejarah peradaban Islam hingga dikenang sampai sekarang
Begitu juga pengakuan dari ulama lainnya atas keilmuan yang dimiliki Imam Abu Hanifah namun pengakuan itu tidak lantas membuatnya lupa diri, kegirangan karena adanya pujian yang dialamatkan tentang alimnya dalam penguasaan ilmu tidak lantas menjadi angkuh dan sombong malah semakin merunduk , rasanya kita harus banyak belajar dari ketawadu'an seorang Abu hanifah bagaimana kerendahan hati sang imam dalam menerima kritikan, nasihat, meski nasihat itu datang dari bocah ingusan sekalipun sebagaimana sejarah mengungkapkan suatu ketika Imam Hanafi bertemu seorang anak kecil miskin sedang berjalan memakai sepatu tinggi terbuat dari kayu yang belum pas digunakan seusianya, karena kasih sayang dan kecintaan sang Imam terhadap anak kecil sang Imam pun memberikan nasihat terhadap anak kecil itu agar hati-hati, dengan sepatu kayunya jangan sampai tergelincir karenanya ," sang imam Hanafi mencoba menasehatinya.
Mendengar nasihat itu sang bocah malah tersenyum mengucapkan terimakasih sambil bertanya bolehkah saya tahu namamu?" Nu'man," jawab sang imam. "Jadi, Tuan lah yang selama ini terkenal dengan gelar al-imam al-a'dham (imam agung) itu?? " Jawab sang bocah menimpali."ketahuilah nak , bukan aku yang menyematkan gelar itu, melainkan masyarakatlah yang berprasangka baik dan menyematkan gelar itu kepadaku," jawab Imam Hanafi. "Wahai sang Imam, hati-hati dengan gelarmu itu. Jangan sampai engkau tergelincir ke neraka gara-gara dia. Sepatu kayuku ini mungkin hanya menggelincirkanku di dunia dan hanya aku sendiri yang menanggung akibatnya . Tapi gelarmu itu dapat menjerumuskanmu ke kubangan api yang kekal jika kesombongan dan keangkuhan menyertainya," kata anak kecil tentu saja nasihat ini membuat Imam Abu Hanifah menangis memohon ampun dan bersyukur kepada Allah, karena telah diperingatkan melalui lisan anak itu, beliau pun tidak memarahinya juga tidak juga merasa gengsi Justru beliau tersungkur menangis karena apa yang dikatakan anak kecil itu benar adanya. Wallahu A'lamu
Kreator adalah Freelancer Konsultan Pemberdayaan Masyarakat -- Tinggal di Cileungsi Bogor - Jawa Barat
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI