Kesalehan Visual Menuju
Kesalehan Substantif
Disadari atau tidak zaman kiwari sudah banyak perubahan seiring perubahan zaman yang begitu cepat dimana informasi sudah tersaji layaknya makanan dalam meja kita tinggal mengunyah saja hanya apakah makanan itu bergizi baik atau tidak terkadang tidak menjadi bahan pertimbangan akibatnya bukannya kesehatan yang didapat malah mendatangkan penyakit baru. Begitulah kira-kira analogi perubahan zaman sekarang begitu derasnya sederas informasi yang mengalir namun semuanya akan berakhir di muaramasing-masing individu apakah akan menjadikan lebih baik atau sebaliknya namun fakta menunjukkan perubahan kearah kebaikan sebagai individu yang menampilkan tingkat kesalehan ini tidak bisa dipungkiri adanya perubahan meskipun masih terjebak marayakan kesalehan sebatas pernyataan dan performace bukan sebagai prilaku keseharian pada akhirnya ini akan melahirkan generasi muda apatis terhadap kesalahen dan tidak percaya kepada generasi sebelumnya, karena anak anak muda dipaksakan untuk dipertontonkan kesalehan yang bersifat brand, merk budaya, komoditas, dan mungkin juga untuk karier ini dapat kita lihat misalkan dalam iklan sampai iklan calon pejabat, bacaleg, Caleg, yang wujud kesalehannya dibentuk dalam virtual sebagai topeng yang dibuat sedemikian menarik untuk mendatangkan simpati khalayak .
Pengalaman menunjukkan bahwa seringkali letak kesalehan dipasrahkan kepada jenis pakaian yang digunakan dari mulai koko, surban, kain sarung , pola penampilan, dan tradisi budaya simbolistik yang memang sudah mengakar salahkah?
Tentu saja jawabannya bukan soal salah atau tidak tetapi bagaimana dari kesalehan simbolik naik level ke tangga berikutnya sebagai kesalehan murni menuju kualitas pengamalan karena dalam menjalankan perintah agama kita tidak boleh hanya menitik beratkan pada unsur simbolis saja, busana muslim dan atribut lainnya adalah sebagai symbol kesalehan maka untuk mencapai derajat kesalehan substantif harus tertanam dalam hati dan terimpelemntasikan dalam praktek keseharian sebagai rekam jejak kebaikan, teringat dengan apa yang disampaikan seorang tokoh terkemuka Muhammad Abduh dengan menyampaikan pesan yang sangat menohok terhadap kesadaran praktek ke Islaman yang dialami saat itu dengan menyampaikan bahwa saya menemukan islam di Paris, tidak di Mesir, meski disini Mesir mayoritas Islam".
Ini menunjukkan bahwa symbol itu tidak memiliki makna apapun ketika yang substantive itu belum terpenuhi tetapi bukan juga melarang untuk menggunakan busana sebagai sebuah symbol hanya bagaimana agar tidak berhenti pada kesadaran simbolik semata tetapi sudah memiliki nilai substansi yang tertanam dalam hati dan terimplementasikan dalam laku keseharian
Kesadaran simbolik yang disampaikan Muhammad Abduh di Indonesia Islam secara simbolik akan banyak ditemukan dengan mudah apa yang ada dilayar televise ketika memasuki bulan Ramadhan tiba, ini dapat kita perhatikan pakaian apa saja yang digunakan para artis saat bulan Ramadhan, kemudian kostum apa yang mereka gunakan sebelum dan sesudahnya.
Jika diamati maka akan berbeda saat sesudah dan sebelum puasa. Kostum saat menjadi muslim puasa dan muslin non puasa, sangat drastic perbedaanya ketika seorang artis menjadi muslim puasa maka ia akan menjelma menjadi seorang yang tampil dengan menggunakan baju koko, sorban melilit di leher, dan kopiah menempel di kepala, begitu juga dengan para calon pimpinan dari mulai presiden, Gubernur, Walikota/bupati , dan anggota legislative akan terlihat santun dan sholeh manakala tampil dalam visual spanduk yang terpasang di tempat-tempat strategis dengan harapan tertanam rasa simpatik atas symbol yang terlihat dalam bentuk visual
Namun harapannya kesadaran menjalankan ajaran agama yang bersifat simbolik harus diikuti pada upaya penghayatan yang bersifat kesadaran bathin dan perjuangan perilaku bukan sebatas emblem, status, dan perwajahan yang penuh dengan lipstick semata tetapi harus sudah membangun akhlaq, manifestasi sosial, substansi keilahian atau keterta'atan hidup sebagaimana esensi Islam mengajarkan untuk membangun kesadaran murni. Wallahu A'lamu
Kreator adalah Freelancer Konsultan Pemberdayaan Masyarakat -- Tinggal di Cileungsi Kabupaten Bogor - Jawa Barat