Dok. Pribadi
Ketika Emha Ainun Najib (Cak Nun) Kesambet
Sebagai penggemar Cak Nun tentu saya tidak habis pikir seorang Cak Nun dikenal sebagai budayawan yang relative santun dalam menyampaikan kritiknya melalui ceramah dan puisi puisinya sarat dengan kritik social untuk membangun dan mengandung Provide awareness of humanity untuk kehidupan social masyarakat namun apa yang menimpanya dengan menyampaikan sesuatu yang berbahaya bagi dirinya dan orang lain dengan menyamakan Presiden sama dengan fir'aun menurut saya bentuk kekonyolan dari seorang Cak Nun cukup mengagetkan semua orang tak terkecuali keluarga cak nun sendiri yang sempat menyidang, hingga dibodoh-bodohkan keluarganya atas tucapannya itu, namun apa yang diakui oleh Cak Nun bahwa dirinya telah kesambat istilah ini sebuah lelucon bagi sebagian orang tentu terlalu asing karena tidak semua paham pengertian kesambat karena itu penulis tergerak menelusuri pengertian kesambat dari berbagai sumber terutama dari kamus KBBI dengan mendefinisikan bahwa kesambat adalah sakit dan mendadak pingsan karena gangguan roh jahat (orang halus, hantu), definisi ini tidak jauh berbeda apa yang ditemukan versi wiktionary bahasa Indonesia, kesambet adalah sakit dan mendadak pingsan karena gangguan roh jahat (orang halus, hantu) ada kesamaan dari dua definisi itu adalah bahwa kesambet sakit dan mendadak pingsan berangkat dari definisi itu kalaulah Cak Nun mengaku kesambat maka pertanyaanya berikutnya adalah apakah pada saat menyampaikan Cak Nun pingsan tidak sadarkan diri karena gangguan roh jahat sehingga apa yang keluar dari lisannya diluar kesadaran, kalau demikian kejadiannya maka harus dimaklumi tinggal bagaimana terapi penyembuhannya tidak repot bukan?
Namun apapun kondisi saat kejadian menimpa Cak Nun sebagai budayawan adalah tragedi keseleo lisan dari sosok Emha Ainun Najib atau lebih dikenal dengan panggilan Cak Nun seorang Kyai kelahiran Kabupaten Jombang pada Mei 1953 budayawan yang terkenal dengan seruan dakwahnya yang unik melalui gamelan sarat dengan muatan nasihat dengan bahasa yang menggugah spirit bagi pendengarnya disetiap kenduri cinta sebuah acara yang dikemas untuk menanamkan rasa saling cinta, saling menghargai terhadap sesama bahkan terhadap alam sekalipun tak pelak acara ini banyak dihadiri dari berbagai kalangan menyaksikan aktraksi Cak Nun dalam kenduri Cinta model dakwah ala Cak Nun yang tidak membosankan
Menilik misikenduri cinta nya Cak Nun rasannya mustahil seorang Cak Nun yang terbiasa berpikir kritis, rasional, ilmiah, dan terkadang akademisi lebih tepat disampaikan bukan kesambatnya tetapi sebuah tragedy kealpaan sebagai manusia tempatnya salah, yang lemah tidak sempurna apapun lebel yang melekat pada manusia apakah Kyai, Kanjeng, Sultan, Ustadz, dan bahkan presiden sekalipun adalah tempatnya khilaf terpenting mengakui atas kesaahannya lalu minta maaf sesederhana itu Islam mengajarkan, namun persoalannya apa yang Cak Nun sampaikan sudah menjadi konsumsi public sehingga makin ramai menjadi bahan pembicaraan ala warung kopi sekalipun sehingga Cak Nun harus buru-buru klarifikasi disayangkan dalam klarifikasinya beliau mengaku kesambatan telah mengibaratkan presiden Joko Widodo (Jokowi) seperti Firaun. buntut ucapannya ini membuat geger dikalangan netizen tak pelak Wamenag Zainut Tauhid Sa'adi turun tangan memberikan himbauan siapa pun agar tidak menyerang kehormatan Presiden dan Wakil presiden didepan umum karena tindakan ini tidak dibenarkan bagaimanapun Presiden adalah sebagai pimpinan Negara yang harus dijaga marwahnya rasanya saya sependapat dengan apa yang disampaikan Wamenag
Nasi sudah menjadi bubur, semua sudah terjadi yang patut kita acungi jempol adalah Cak Nun menyadari telah melanggar apa yang dia ajarkan. Cak Nun pun meminta maaf soal pernyataannya itu.mengakui salah secara tulus atas ucapannya telah menyinggung perasaan keluarga besar istana, kejadian yang dialami Cak Nun merupakan pembelajaran bagi kita semua hendaknya lebih berhati hati dalam menyampaikan pendapat harus dipikirkan apakah akan menimbulkan kemaslahatan atau malah sebaliknya mafsadat karena godaan ketika berbicara didepan umum adalah manakala pemirsa menampakan wajah antusias mendengarkan situasi tersebut terkadanglupa diri menyambut antusiasme dengan menyampaikan hal-hal yang vulgar seolah dapat menggugah semangat tetapi lupa bahwa apa yang disampaikan berdampak tidak baik, apa yang disampaikan seharusnya menginspirasi orang untuk bergerak menuju pada kebaikan. dan sebaliknya kalimat yang buruk akan memicu kemarahan maupun keburukan lainnya maka pikirkanlah apa yang akan kita sampaikan bermanfaat atau tidak.dan Cak Nun pun menyampaikan bahwa dalam ajaran maiyah memang harus mengucapkan yang baik-baik dan efeknya harus bisa diperhitungkan karena perkataan yang terlontar itu ibarat sebuah panah yang telah terlepas, maka ia akan melesat jauh memasuki telinga serta mampu mencederai hati seseorang...Demikian
Kreator adalah Freelancer Konsultan Pemberdayaan Masyarakat -- Tinggal di Cileungsi Kabupaten Bogor - Jawa Barat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H