Lihat ke Halaman Asli

Inayat

Freelancer Konsultan Pemberdayaan Masyarakat

Masa Lalu yang Membunuh Masa Depan

Diperbarui: 9 Januari 2023   12:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masa Lalu Yang Membunuh Masa Depan

Sekilas baca ini saya sempat berpikir aneh bukankah berpikir masa lalu itu justru untuk kemudian maju kedepan bukan malah mebuat kita terbelenggu bahkan surut kebelakang ini bukan soal kegenitan intelektual dari seorang Yudi Latif yang menuliskan kegelisahan pikiran dan hatinya melihat anak bangsa yang salah dalam memaknai masa lalu jika ini dibiarkan maka akan melahirkan anak bangsa  pendendam terhadap sejarah beliau menuliskan dalam sebuah buku lawas Buku yang diterbitkan oleh Mizan di awal masa reformasi tahun 1999 dengan sub judul "Krisis Agama, Pengetahuan, dan Kekuasaan dalam Kebudayaan Teknokrasi".

Jika kita menengok kebelakang untuk melihat banyak kasus-kasus di Indonesai pada masa lalu menjadi lebih rumit karena telah menjadi kekecewaan yang bersifat permanen lalu apa yang musti diharapkan kalau peristiwa masa lalu hanya dijadikan sebagai bahan  hujatan generasi berikutnya bukan menjadi pembelajaran untuk menata kedepan sebagai contoh ketika pengalaman kita dibekap oleh rezim orde baru apakah ada setitik nuansa energy positif yang bisa mendobrak menemukan terobosan baru yang lebih menjanjikan untuk melakukan perbaikan-perbaikan tinimbang harus menghujat sejarah kelam masa lalu karena generasi berikutnya harus tertanam rasa optimism melangkah jauh kedepan daripada terus menerus mengutuk masa lalu karena kejadian itu seharusnya menjadi bahan pembelajaran yang baik sebagai sumber amunisi melangkah kedepan sekaligus dijadikan ukuran, modal pengetahuan untuk mengukur gerak majunya generasi mendatang dengan menjungjung kedewasaan berpikir bahwa pengalaman buruk era orde baru bukanlah untuk ditekan dan dimusuhi, tetapi untuk dikenang dan didamaikan". 

Karena bagaimanapun hidup pasti memiliki kenangan baik dan buruk namun sekali lagi bukan untuk meninak bobokan kemenangan masa lalu atau untuk memusuhi pengalam buruk masa lalu tetapi semata-mata untuk menata kehidupan kedepan  

Namun sayangnya kedegelan bangsa Indonesia adalah  problem ingatan bayangkan ketika rezim orde baru tumbang maka semua beramai-ramai secara berjamaah mengutuknya atas perilaku orde baru tanpa ada yang bisa menenangkan untuk berpikir  melangkah kedepan jadi bagaimana bangsa akan maju kalau pengalaman buruk masa lalu justru selalu menjadi dalil yang melegitimasi untuk selalu mengutuk seolah olah mengandung energy positif menatap kedepan padahal justru sebaliknya diajak surut kebelakang apa yang dapat dihasilkan kalau generasinya asyik mengutuk bukan menatap tajan kedepan   

Keperihan sejarah buruk memang  harus direkam untuk bekal generasi berikut diajak berpikir jernih  dengan menjadikan tragedi masa lalu sebagai bahan pembelajaran melengkah kedepan bukan menjadi sumber kutukan yang bersifat permanen. Kita belum tahu apakah optimisme tahun 2023 akan menjadi masa depan yang membawa suka cita? Atau malah sebaliknya  namun demikian menanamkan rasa optimisme sebagai titik cerah menatap kedepan dengan menjadikan pengalaman buruk sebagai pembelajaran bukan dijadikan sebagai bahan kutukan

Kreator  adalah  Freelancer Konsultan Pemberdayaan Masyarakat -- Tinggal di Cileungsi  Kabupaten Bogor-Jawa Barat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline