Lihat ke Halaman Asli

Perjuangan Kakak Beradik

Diperbarui: 21 Juli 2024   11:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

web.suaramuhammadiyah.id

Di suatu tempat, hiduplah dua kakak beradik, Andi dan Budi. Setelah kehilangan kedua orang tua mereka akibat kecelakaan tragis, mereka terpaksa tinggal di kuburan tua di pinggiran desa. Tidak ada keluarga yang bersedia mengurus mereka, sehingga mereka harus berjuang sendiri untuk bertahan hidup.

Andi, yang berusia 12 tahun, mengambil peran sebagai kepala keluarga bagi adiknya yang berusia 6 tahun, Budi. Setiap hari, Andi berkeliling desa mencari barang-barang bekas dan sampah yang bisa dijual. Dengan penghasilan yang sangat minim, mereka hanya bisa membeli makanan seadanya. Namun, Andi selalu berusaha menyisihkan sedikit uang untuk keperluan sekolah Budi.

Ketika Budi mencapai usia sekolah, Andi dengan tekad kuat mendaftarkannya ke sekolah dasar. Andi tahu bahwa pendidikan adalah satu-satunya jalan bagi adiknya untuk memiliki masa depan yang lebih baik. Setiap pagi, setelah mengantar Budi ke sekolah, Andi akan kembali memulung hingga malam hari. Meski hidup dalam keterbatasan, semangat dan kasih sayang Andi tak pernah pudar.

Tahun demi tahun berlalu, dan perjuangan Andi semakin berat. Namun, ia tidak pernah menyerah. Melihat Budi belajar dengan tekun dan berprestasi di sekolah menjadi sumber kebahagiaan dan motivasi bagi Andi. Meski seringkali kelelahan dan lapar, Andi selalu memastikan Budi mendapatkan yang terbaik.

Ketika Budi lulus SMA, ia memutuskan untuk mendaftar ke Akademi Militer (Akmil). Andi mendukung penuh keinginan adiknya. Meski mereka harus berpisah untuk sementara waktu, Andi yakin ini adalah langkah terbaik untuk masa depan Budi. Dengan tekad dan usaha keras, Budi berhasil masuk Akmil dan menjalani pelatihan dengan semangat yang tinggi.

Selama Budi menjalani pendidikan di Akmil, Andi terus bekerja keras. Selain memulung, ia mulai mencoba berdagang kecil-kecilan dengan modal yang sangat terbatas. Andi menjual barang-barang bekas yang masih layak pakai di pasar loak. Berkat kegigihan dan kerja kerasnya, perlahan tapi pasti, usaha Andi mulai berkembang.

Setelah lulus dari Akmil, Budi langsung bertugas sebagai perwira muda. Gaji pertamanya ia kirimkan kepada Andi sebagai tanda terima kasih atas segala pengorbanan dan kasih sayang sang kakak. Dengan bantuan finansial dari Budi, Andi mampu mengembangkan usahanya lebih besar lagi. Ia membuka toko barang bekas yang cukup sukses dan mulai merambah ke bisnis lain.

Karier Budi di militer pun semakin cemerlang. Ia dikenal sebagai perwira yang berdedikasi dan berprestasi. Dalam waktu yang relatif singkat, Budi naik pangkat dan mendapatkan berbagai penghargaan atas kinerjanya. Meski sibuk dengan tugas militer, Budi selalu menyempatkan diri untuk membantu Andi, baik secara finansial maupun moral.

Usaha Andi semakin berkembang pesat, hingga ia mampu membuka beberapa cabang toko di berbagai kota. Dari seorang pemulung, kini Andi menjadi pengusaha besar yang sukses. Di sisi lain, Budi terus meniti kariernya di militer hingga mencapai pangkat yang tinggi. Kesuksesan mereka tidak hanya menjadi kebanggaan bagi diri mereka sendiri, tetapi juga inspirasi bagi banyak orang di desa mereka.

Mereka tidak pernah melupakan masa-masa sulit yang telah mereka lalui bersama. Setiap akhir pekan, Budi selalu pulang untuk mengunjungi Andi. Mereka sering duduk bersama di kuburan tua tempat mereka dulu tinggal, mengenang masa lalu dan bersyukur atas segala berkah yang mereka terima.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline